![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihTKGlw3z_5fkeYkR_XpNTWJtjVSjaqHi7JEomnf33tYpzYZ9cbYs5gBnuZU7QGQPxh9iY2X2T3ZUmhyTsJjqgQYki7xLD6UZqC-ZXuJmQB5hiv-hzuU95gEq-1gq7i8H5TxtUpGaue5M/s320/twilight.jpg)
U're Not a Bell.. But U're an Apple
Aku tahu skarang.. dan seharusnya aku tahu tentang ini lebih awal. Mungkin pada saat itu aku juga sudah tahu, tapi mungkin aku belum mau mengakui kebenarannya. Sekaranglah saatnya. Tempatnya bukan disini, bukan dihatiku. Tempatnya masih disana. Ditempat yang tidak terlalu aku kenal.
Dyrga, percayalah… hampir setahun ini kita dekat. Dan hampir setahun ini juga aku benar-benar belajar tentang banyak hal dari kamu. Banyak hal.
Aku harus berjuang untuk berubah. Aku tidak mungkin selamanya seperti sekarang ini. Dan aku pun memang tidak mau selamanya menjadi bodoh dan lemah. Aku tahu aku tidak se-menyedihkan itu.
Jika saja aku boleh selalu mengikuti kata hatiku, mungkin aku akan selamanya ada dalam bayang-bayang kamu di keseharianku. Aku tahu, betapa besar pengorbanan dan usaha supaya aku bisa benar-benar merasakan betapa sayangnya kamu sama aku. Tapi bukan cara itu Dyr… seharusnya kamu bisa menjadi kekuatanku, bukan kelemahanku. Aku mencintaimu sampai aku terjatuh-jatuh ke lubang yang sama. Dan semakin lama, rasa sakitnya semakin melebar dan menjalar ke setiap sendi.
Katakanlah kamu merasakan sakit yang sama, aku minta ma’af untuk itu. Tapi aku, hanya mencoba untuk membela hatiku sendiri, disaat tidak ada satupun orang yang bisa melakukannya, selain aku. Biarkan aku menjadi egois sepertimu.
Lihatlah, aku baik-baik saja walau tanpa kamu. Aku tahu aku bisa mengembalikan diriku yang telah lama hilang. Aku akan baik-baik saja. Begitupun dengan kamu. Jangan berpikir aku jahat karena keadaan kita sekarang. Karena aku, pun, tidak ingin menyalahkan siapapun atas sakit yang tengah kurasakan ini. Sakit karena pada akhirnya aku harus kehilanganmu. Dengan keputusan yang kubuat sendiri, dan konsekwensi yang harus kutanggung dengan senang hati. Aku tidak akan menyesal. Hopefully..
Dari kacamata apapun. Dari sudut pandang manapun. Aku tetap akan berdiri ditempatku sekarang berada. Dengan kamu yang akan menjadi penyemangatku selalu meskipun kamu tidak akan selalu nampak nyata dihadapanku. Biarkan aku belajar tanpa kamu. Tanpa bahu dan tangan yang sebelumnya selalu ada di setiap detik hari-hariku. Dan percayalah, kamu bisa menjadi apapun yang kamu mau. Tapi kamu bukan ‘bel”, yang harus selalu kutekan terlebih dahulu tombolnya supaya kemudian aku bisa mendengar “suara”mu.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZaxFD9ljMatDXKfQMaYVX-LwBZsXxl35MhborBZ3nJsf46sBaq1UTE1Xy8kQt_OclypMkEENNwp23hukXVAYp1kuekvaqwl1p9UTntLcoK5i2tZ3pERXm8ZanY9uiccAiaadgpUxdUAk/s320/zzzzzzzz.jpg)
Utangku bertambah satu
Huuuuff….. Ya Raaaaabbb….. hari ini sangat melelahkan, bukan karena aku melakukan aktivitas berat, ataupun karena aku melakukan some fun “safari”, bukan. Hatiku yang merasakan itu, dia letih. Subhanallah.. aku masih bisa tersenyum karena beberapa hal.
Aku berduka bukan karena barang-barang yang telah hilang, tentang masalah yang satu itu, aku masih bisa menenangkan diriku dan tetap meyakini bahwa memang sudah saatnya “mereka” beranjak dari jari-jari ini. Merekalah harta duniawi, yang keberadaannya tidak akan dipertanyakan oleh Para Malaikat, kelak. Aku masih bisa bersyukur, aku hidup tidak dalam kekurangan, dan aku tidak akan berhenti bersyukur atas itu, insya Allah. Yang membuatku sedih adalah, dampak dari kejadian ini. Terhadap Mama, Keluarga, kepercayaan mereka padaku, dan kepercayaanku terhadap orang-orang disekitarku.
Ya Rabb.. Kau Maha Tahu.. betapa aku tidak ingin berburuk sangka terhadap siapapun dan apapun di dunia ini. Aku sering khilaf, memang. Tapi di setiap kesempatan, aku pun mengingatkan diriku sendiri untuk tetap menjalankan “misi”, memperbaiki diri. Salahkah ketika aku mencoba untuk selalu berbaik sangka, dan bukankah azas praduga tak bersalah itu harus selalu tetap ditegakkan????? Beri aku petunjukMu Rabb.. dalam “gelap” ini aku hanya bisa berpasrah dan ikhlas.
Biarkan aku yang disalahkan. Tapi biarkan aku juga mencoba menenangkan diri. Ini terlalu tiba-tiba, dan aku.. hanya bisa terdiam.. untuk kemudian menangis. Masih labil, dalam situasi dan kondisi dimana aku yang menjadi “bersalah” dirumah ini.
Aku masih dalam tangisku, malam ini terasa sangat panas. Kembali aku bertemu dengan angin surga itu lagi, angin yang pada malam-malam biasanya terasa begitu biasa, tapi kali ini berbeda. Dan aku pun tahu, ada sentuhan-sentuhan Tuhan diantaranya. Ya Rabb… aku bisa merasakannya, syukron.
Jangan biarkan aku semakin terpuruk dalam kelabilanku ini, jangan biarkan aku semakin kehilangan rasa percayaku. Jangan biarkan aku kehilangan mereka yang tersisa. Aku sangat merindukan mereka, aku sangat merindukan berada ditengah-tengah mereka untuk berbagi semuanya, mereka.. teman perempuanku.
Berada di tengah Kaum Adam, terutama sekarang, membuatku merasa sendiri, aku kesepian… dan semakin takut merasakan perasaan ini.
Amelia Ayu Kinanti - detikhot
Kadang kita tak bisa memberikan batasan yang jelas dalam berhubungan dengan mantan. Dan hal itu kemudian berakibat buruk pada hubungan yang baru. Sebenarnya, seperti apa batasannya?
Ternyata tak terlalu sulit untuk membuat jarak tegas untuk hubungan Anda dengan seseorang di masa lalu. Christina Colangelo, seorang ahli mengungkapkan batas-batas yang harus Anda berikan untuk sang mantan.
Menjadi mantan pasangan bukan berarti Anda memutuskan tali silaturahmi. Komunikasi bisa terus Anda lakukan, namun yang terpenting adalah isi dari komunikasi tersebut. Sebisa mungkin bicarakan hal-hal yang umum. Waktu dan media komunikasi pun sebaiknya diatur. Jangan sampai Anda membicrakan hal-hal yang terlalu pribadi atau intim di waktu-waktu yang tidak biasa. Tengah malam misalnya.
Mengenalkan kekasih kepada mantan bukan hal yang mudah. Sebaiknya untuk menghilangkan suasana yang kaku, kenalkan saja kekasih baru Anda dengan menyebut namanya, tanpa statusnya. Hindari juga untuk mencium pipi atau memeluk mantan kekasih di depan kekasih baru Anda. Salah-salah bertindak, hubungan cinta Anda malah jadi korban.
Menerima hadiah dari mantan kekasih bukanlah masalah. Namun jika hadiah itu mempunyai nilai sentimentil dan memori, sebaiknya jangan diterima. KEcuali Anda memang masih ingin menjalin hubungan dengannya.
Menyebut nama mantan di depan kekasih baru bukanlah hal yang salah. Namun jika terlalu sering, bahkan berkesan mengenang, Anda hanya akan menyakiti pasangan. pasangan Anda pun akan menganggap bahwa Anda masih mencintai mantan kekasih.
(kee/kee)
-----------------------
Ditulis oleh: Anne Ahira
Hanisah,
"Without goals, and plans to reach them, you are
Itulah perumpamaan bagi orang yang tidak punya
tujuan dalam hidupnya.
Banyak orang melakoni perannya, tapi tidak tahu
arah hidup yang ingin ditujunya. Mereka-reka hidup
adalah apa yang kemudian dilakukannya.
Bila sesuatu hal buruk terjadi, mereka akan berdalih
nasib tak berpihak padanya.
Tidak jarang seseorang baru menyadari tujuan
hidupnya pada usia tua. Sangat disayangkan memang.
Seringkali orang tidak berani melakukan perubahan
dalam hidupnya. Dia hanya menunggu, dan menunggu
adanya perubahan tersebut... hingga akhirnya tujuan
hidupnya tidak tercapai!
Sebenarnya, tidak masalah jika kita harus mengubah
tujuan hidup beberapa kali. Hal yg terpenting adalah
setiap saat kita mempunyai tujuan hidup yang ingin
dicapai.
Setidaknya kita tahu ke mana kita akan berjalan dan
strategi apa yang harus diambil.
4 Cara Yang Bisa Hanisah Pakai Untuk Menetapkan
Tujuan Hidup:
Tanyakan pada hati nurani, apa sebenarnya
keinginan Hanisah untuk beberapa tahun ke depan?
Tidak ada salahnya Hanisah bermimpi. Hanisah
tidak perlu malu mengakuinya, lagipula, tokh tidak
ada biaya yang harus Hanisah keluarkan untuk
sekedar bermimpi. ;-)
Dengan mengumpulkan informasi, Hanisah
bisa lebih mudah mencapai tujuan yang diinginkan.
Jika ada orang lain yang sudah berhasil melakukan
yang Hanisah inginkan, belajarlah dari mereka.
Lakukan apa yang mereka kerjakan!
Lakukan sesuatu dan secara terus menerus yang akan
membawa Hanisah pada impian hidup yang diinginkan!
Jika ada cara yang Hanisah lakukan terbukti efektif
dan mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai,
maka alangkah baiknya jika Hanisah berusaha untuk
meningkatkan kemampuan dan menambah kecepatan
kinerja agar tujuan hidup Hanisah lebih cepat tercapai.
Jika keempat hal di atas Hanisah lakukan secara terus
menerus tanpa lelah dan bosan, Insya-Allah Hanisah
akan mendapatkan tujuan hidup yang diinginkan.
Hanisah ibaratnya adalah seorang 'pemahat' atas
gambaran kehidupan Hanisah sendiri. Dan seorang
pemahat yang baik akan selalu memiliki 'planning'
terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil yang
terbaik.
Dalam hal ini, Hanisah pun hanya bisa sebesar dan
sebahagia sebagaimana tujuan yang telah Hanisah
Anne Ahira - PENDIRI Asian Brain Internet Marketing Center
Asian Brain adalah pusat pendidikan Internet Marketing PERTAMA
dan Terbaik di Indonesia.
Keberhasilan Anne Ahira di dunia Internet Marketing telah
banyak dipublikasikan oleh media masa.
Ingin belajar Internet Marketing bersama Anne Ahira?
Kunjungi situsnya sekarang juga: http://www.AsianBrain.com
---------------------------
Main Article :
---------------------------
Kesendirian Tidak Selalu Mematikan!
Ditulis Oleh: Anne Ahira
Hanisah, banyak orang yang tidak menyukai kesendirian,
karena waktu yang dilewati terasa lebih panjang dan
melelahkan.
'Sendiri oh sendiri'... Ternyata hal remeh ini bisa
menjadi masalah besar bagi sebagian orang!
Apakah Hanisah termasuk yang demikian? :-)
Memang, kesendirian seringkali diidentikkan dengan hal
yang menakutkan, mengesalkan, bahkan menjadi simbol
kesedihan. Namun, jika kita mau membuka pikiran,
sebenarnya kesendirian itu tidak selalu mematikan!
Kesendirian bisa memiliki dua makna...
Pertama, kesendirian menyangkut fisik yang sebenarnya,
tanpa ada orang di sekitarnya. Kedua, hanya berbentuk
perasaan saja.
Bisa jadi seseorang berada di tengah keramaian, namun
merasakan kesunyian. Mungkin Hanisah pernah mengalami
hal serupa, terutama ketika menemui masalah dengan
rekan kerja, sahabat, keluarga, atau pacar? :-) dan lain
sebagainya..!
Satu hal yang perlu Hanisah ingat, kesendirian dengan arti
apapun sebenarnya bukan masalah jika kita mampu
mengelolanya dengan baik, atas perasaan, sikap dan
segala situasinya.
Bagaimana kita bisa mengelola kesendirian supaya lebih
bermakna? Lakukan hal berikut :
1. Cari kesibukan dengan melakukan aktivitas positif
yang sangat Hanisah sukai, misalnya dengan membaca,
menulis, olahraga, menyanyi? :-) Apapun kesukaan
Hanisah. Dengan cara ini, kesendirian akan terasa lebih
menyenangkan!
2. Kedua, ingat-ingat kembali hal-hal yang menjadi
impian Hanisah dan belum sempat dilakukan. Hanisah bisa
membuka agenda-agenda pribadi, foto-foto jaman
dulu, buku-buku, dan lain sebagainya.
Percaya, cara ini akan menyadarkan Hanisah akan
sempitnya waktu untuk mewujudkan segalanya.
Kalau sudah begini, bukankah kesendirian itu jadi
menyenangkan? ;-)
3. Ketiga, buat daftar sebanyak-banyaknya tentang
keinginan yang ingin Hanisah wujudkan selagi masih
hidup. Mungkin dengan cara menuliskan kembali
'keinginan gila' saat Hanisah masih kecil? Atau mimpi-
mimpi lain yang belum terlaksanakan?
Saat itu Hanisah akan sadar, ternyata banyak sekali
hal yg memerlukan kesendirian utk mewujudkannya!
4. Dan yang terakhir.... Sebenarnya ini merupakan hal
*utama* dan yang pertama yang harus Hanisah lakukan...
Mendekatlah kepada Yang Maha Mencinta diri Hanisah.
Kesendirian ini akan semakin menyadarkan hakekat
keberadaan Hanisah di dunia.
Semakin keyakinan ini kuat, maka akan semakin
kokoh kemampuan Hanisah mengarungi kehidupan,
dengan segala situasinya.
Intinya, jangan biarkan Hanisah terjebak dalam kesendirian
dengan suasana 'hati yang negatif', membiarkannya
berlarut-larut, hingga membuat Hanisah putus asa.
Kalau Hanisah mau membuka mata, kita sebenarnya tidak
pernah benar-benar sendiri. Ada orang lain di sekitar
kita.
Yang jelas, pasti selalu ada orang yang bisa Hanisah
jadikan teman, dan ajak bicara!
Jika Hanisah mau terbuka, dalam kesendirian Hanisah bisa
merenungkan banyak hal. Dalam kesendirian Hanisah bisa
menemukan kedewasaan, kebijaksanaan, ide brilian,
dan memaksimalkan potensi yang Hanisah miliki.
Dalam kesendirian pula Hanisah bisa mengungkap
kejujuran, yang bisa jadi terkalahkan oleh sombong dan
ego yang seringkali Hanisah temukan di keramaian!
Tidak bisa dipungkiri, kesendirian bisa datang kapan
saja kepada setiap orang, termasuk kepada Hanisah.
Nah, jika suatu saat atau bahkan saat ini Hanisah sedang
dilanda 'kesepian' alias merasa 'sunyi sepi sendiri',
Hanisah harus ingat, bahwa kesendirian tidak selamanya
mematikan!
Kelola-lah perasaan Hanisah dengan baik, dan buatlah
kesendirian menjadi lebih bermakna. :-)
---------------------------
Main Article :
---------------------------
Nikmati Perbedaan!
Ditulis oleh: Anne Ahira untuk Hanisah!
Perbedaan adalah anugrah dari
Yang Maha Kuasa!
Lihatlah sekeliling kita, indahnya
warna-warni bunga, warna-warni satwa,
dan segala keragaman lain yang
menghiasi dunia.
Bayangkan kalau kita hanya mengenal
warna hitam saja! Alangkah gelapnya
dunia ini! :-)
Tanpa adanya perbedaan dan warna-warni,
kita tidak akan merasakan hidup
semeriah dan seindah sekarang ini,
betul?! :-)
Begitu pun dengan kehidupan, setiap
insan selalu berhadapan dengan segala
macam perbedaan dan warna-warni
kehidupan.
Tapi sayang, tidak semua orang mampu
melihat perbedaan sebagai kekayaan.
Banyak orang merasa tersiksa karena
perbedaan alias mereka tidak mampu
menikmatinya.
Berbagai bentuk kejahatan dimulai hanya
karena perbedaan. Entah itu perbedaan
warna kulit, agama, suku bangsa,
prinsip, atau sekadar pendapat.
Sebenarnya, perbedaan bukanlah sesuatu
yang bisa dihindari. Setiap orang lahir
dengan perbedaan dan keunikannya
masing-masing. Mulai dari perbedaan
fisik, pola pikir, kesenangan, dan
lain-lain.
Tidaklah mungkin segala sesuatu hal sama.
Bahkan kesamaan pun sebenarnya tidak
selalu menguntungkan.
Coba bayangkan, seandainya semua orang
memiliki kemampuan memimpin, lantas
siapa yang mau dipimpin? Kalau semua
orang menjadi orang tua, siapa yang mau
jadi anak? Siapa juga yang akan
menerima sedekah, jika semua orang
ditakdirkan kaya?
Perbedaan ada bukan untuk dijadikan
alat perpecahan. Banyak hal positif
yang bisa kita peroleh dengan perbedaan.
bersyarat. Nah, syarat apa saja yang
harus dipenuhi?
Berikut di antaranya...
Berpikirlah positif dengan mensyukuri
adanya perbedaan. Anggaplah perbedaan
sebagai kekayaan. Cara pandang yang
benar akan melahirkan sikap yang tepat.
Ada baiknya kita mencari persamaan
terlebih dahulu, sebelum mencari
perbedaan.
2. Kelola perbedaan sebaik mungkin.
Musyawarah untuk mencapai kesepakatan
adalah jalan yang tepat untuk mengelola
perbedaan.
Berlatihlah utk menghargai, menerima,
menjalankan dan bertanggungjawab
terhadap keputusan bersama, meski
berlawanan dengan ide awal kita.
3. Selalu posisikan segala sesuatu
pada tempatnya.
Saat bekerja sama dengan orang lain,
salurkan potensi, karakter, minat yang
berbeda-beda pada posisi 'yang tepat'.
Cara ini akan mendorong tercapainya
tujuan bersama dan mendukung
pengembangan potensi masing-masing
individu.
4. Jangan pernah meremehkan orang lain.
Apapun dan bagaimana pun kondisi atau
pendapat orang lain, perlakukan mereka
selayaknya diri kita ingin diperlakukan.
Anggaplah semua orang penting. Mereka
memiliki peran tersendiri, yg bisa jadi
tdk bisa digantikan oleh orang lain.
5. Jangan menonjolkan diri atau sombong.
Merasa diri paling penting dan lebih
baik daripada orang lain *tidak akan*
menambah nilai lebih bagi kita. Toh
kita tidak bisa hidup tanpa orang lain.
Jadilah beton dalam bangunan. Meski
tidak nampak, namun sesungguhnya ialah
yang menjadi penyangga kokohnya sebuah
bangunan. :-)
6. Cari sumber informasi yang terjamin
kebenarannya.
Perbedaan bisa muncul karena informasi
yang salah. Oleh sebab itu, pastikan
sumber informasi kita bisa terjamin dan
dapat dipercaya kebenarannya. Lebih
bagus lagi jika disertai bukti yang
mendukung.
7. Koreksi diri sendiri sebelum
menyalahkan orang lain.
Menyalahkan orang lain terus menerus
tidak akan banyak membantu kita. Bisa
jadi kesalahan sebenarnya terletak pada
diri kita. Karenanya, koreksi diri
sendiri terlebih dahulu merupakan
langkah yang paling bijaksana.
So, berhentilah menyesalkan perbedaan.
Karena jika tidak, Hanisah akan
kehilangan sumber kebahagiaan! :-)
Sukses selalu untuk Hanisah!
Sampai ketemu minggu depan! :-)
Anne Ahira - Publisher
------------------------------
Dear Hanisah,
Sebelum saya menyuguhkan artikel, saya
ingin berbagi dulu cerita. Intermezo
dikit ya! Biar tidak bosan! :-)
Begini ceritanya..
Gara-gara nama saya AHIRA, banyak orang
berpikir saya orang Jepang atau ada
keturunan Jepang. Mungkin Hanisah pun
pernah berpikir demikian.
Pertanyaan itu sering terjadi sejak
saya masih duduk di bangku sekolah dan
sampai sekarang!
Nama saya memang Ahira, tapi saya bukan
orang Jepang, meskipun wajah saya
agak-agak mirip Shasimi! ^_^
Nama 'Ahira' itu sebenarnya diambil
dari kata 'terAKHIR'.
Ceritanya ibu saya 'kapok' saat
melahirkan saya. Kalau bayi normal khan
biasa tinggal di perut Ibu itu 9 bulan,
kalau saya tinggal di perut Mama lebih
dari 12 bulan! :-(
Nah, mungkin dari sana mamaku tidak mau
punya anak lagi, dan dia memutuskan
"INI anak terakhir", sampai beliau
akhirnya memberi saya nama Anne AHIRa. :-)
Tapi kenyataannya tahun depannya kok
saya punya adik lagi ya?! ^_^
So, saudara saya jadi ada 2. Yg pertama
namanya Anna, saya Ahira, dan adik saya
Asri.
Saya selalu protes sama Mama, harusnya
dia memberi nama Kakak saya "Awala(n)",
saya "Sisipa(n)" & adik saya "Ahira(n)" ^_^
Begitu Hanisah ceritanya.... jadi Hanisah
sekarang tahu kalau saya bukan dan
tidak ada turunan dari Jepang. Cuma
wajah saja mungkin yaa sedikit mirip
tahu Jepang! :-p
Saya sebenarnya asli dari Banjaran.
Banjaran itu sebuah Kampung di daerah
Bandung Selatan. (kayaknya nggak ada di
peta deh!) maka tidak jarang teman saya
bilang, rumah Ahira itu letaknya di
Bandung Coret! hehe
Dan memang, dari 10 orang teman / tamu
yang mau berkunjung ke rumah saya, 9 di
antaranya pasti nyasar! Yang satu nggak
nyasar, karena dia tetangga saya.. lol
Oce, sekian intermezonya, di bawah
adalah artikel saya yang kelima!
Selamat membaca! :-)
Anne Ahira
Asian Brain, CEO
http://www.AsianBrain.com
INTERNET MARKETING CENTER
---------------------
Main Article :
---------------------
Kuasai Kecerdasan Emosi Anda!
Ditulis oleh: Anne Ahira
"Siapapun bisa marah. Marah itu mudah.
Tetapi, marah pada orang yang tepat,
dengan kadar yang sesuai, pada waktu
yang tepat, demi tujuan yang benar, dan
dengan cara yg baik, bukanlah hal mudah."
-- Aristoteles, The Nicomachean Ethics.
Mampu menguasai emosi, seringkali orang
menganggap remeh pada masalah ini.
Padahal, kecerdasan otak saja tidak
cukup menghantarkan seseorang mencapai
kesuksesan.
Justru, pengendalian emosi yang baik
menjadi faktor penting penentu
kesuksesan hidup seseorang.
Kecerdasan emosi adalah sebuah gambaran
mental dari seseorang yang cerdas dalam
menganalisa, merencanakan dan
menyelesaikan masalah, mulai dari yang
ringan hingga kompleks.
Dengan kecerdasan ini, seseorang bisa
memahami, mengenal, dan memilih
kualitas mereka sebagai insan manusia.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi
bisa memahami orang lain dengan baik
dan membuat keputusan dengan bijak.
Lebih dari itu, kecerdasan ini terkait
erat dengan bagaimana seseorang dapat
mengaplikasikan apa yang ia pelajari
tentang kebahagiaan, mencintai dan
berinteraksi dengan sesamanya.
Ia pun tahu tujuan hidupnya, dan akan
bertanggung jawab dalam segala hal yang
terjadi dalam hidupnya sebagai bukti
tingginya kecerdasan emosi yang
dimilikinya.
Kecerdasan emosi lebih terfokus pada
pencapaian kesuksesan hidup yang
*tidak tampak*.
Kesuksesan bisa tercapai ketika
seseorang bisa membuat kesepakatan
dengan melibatkan emosi, perasaan dan
interaksi dengan sesamanya.
Terbukti, pencapaian kesuksesan secara
materi tidak menjamin kepuasan hati
seseorang.
Di tahun 1990, Kecerdasan Emosi (yang
juga dikenal dengan sebutan "EQ"),
dikenalkan melalui pasar dunia.
Dinyatakan bahwa kemampuan seseorang
untuk mengatasi dan menggunakan emosi
secara tepat dalam setiap bentuk
interaksi lebih dibutuhkan daripada
kecerdasan otak (IQ) seseorang.
Sekarang, mari kita lihat, bagaimana
emosi bisa mengubah segala keterbatasan
menjadi hal yang luar biasa....
Seorang miliuner kaya di Amerika
Serikat, Donald Trump, adalah contoh
apik dalam hal ini. Di tahun 1980
hingga 1990, Trump dikenal sebagai
pengusaha real estate yang cukup
sukses, dengan kekayaan pribadi yang
diperkirakan sebesar satu miliar US
dollar.
Dua buku berhasil ditulis pada puncak
karirnya, yaitu "The Art of The Deal
dan Surviving at the Top". Namun jalan
yang dilalui Trump tidak selalu
mulus...
Hanisah ingat depresi yang melanda dunia
di akhir tahun 1990? Pada saat itu
harga saham properti pun ikut anjlok
dengan drastis. Hingga dalam waktu
semalam, kehidupan Trump menjadi sangat
berkebalikan.
Trump yang sangat tergantung pada
bisnis propertinya ini harus menanggung
hutang sebesar 900 juta US Dollar!
Bahkan Bank Dunia sudah memprediksi
kebangkrutannya.
Beberapa temannya yang mengalami nasib
serupa berpikir bahwa inilah akhir
kehidupan mereka, hingga benar-benar
mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri.
Di sini kecerdasan emosi Trump
benar-benar diuji. Bagaimana tidak,
ketika ia mengharap simpati dari mantan
istrinya, ia justru diminta memberikan
semua harta yang tersisa sebagai ganti
rugi perceraian mereka.
Orang-orang yang dianggap sebagai teman
dekatnya pun pergi meninggalkannya
begitu saja. Alasan yang sangat
mendukung bagi Trump untuk putus asa
dan menyerah pada hidup. Namun itu
tidak dilakukannya.
Trump justru memandang bahwa ini
kesempatan untuk bekerja dan mengubah
keadaan. Meski secara finansial ia
telah kehilangan segalanya, namun ada
"intangible asset" yang tetap
dimilikinya.
Ya, Trump memiliki pengalaman dan
pemahaman bisnis yang kuat, yang jauh
lebih berharga dari semua hartanya yang
pernah ada!
Apa yang terjadi selanjutnya?
Fantastis, enam bulan kemudian Trump
sudah berhasil membuat kesepakatan
terbesar dalam sejarah bisnisnya.
Tiga tahun berikutnya, Trump mampu
mendapat keuntungan sebesar US$3
Milliar. Ia pun berhasil menulis
kembali buku terbarunya yang diberi
judul "The Art of The Comeback".
Dalam bukunya ini Trump bercerita
bagaimana kebangkrutan yang menimpanya
justru menjadikannya lebih bijaksana,
kuat dan fokus daripada sebelumnya.
Bahkan ia berpikir, jika saja musibah
itu tidak terjadi, maka ia tidak akan
pernah tahu teman sejatinya dan tidak
akan menjadikannya lebih kaya dari yang
sebelumnya. Luar biasa bukan? :-)
Kecerdasan Emosi memberikan seseorang
keteguhan untuk bangkit dari kegagalan,
juga mendatangkan kekuatan pada
seseorang untuk berani menghadapi
ketakutan.
Tidak sama halnya seperti kecerdasan
otak atau IQ, kecerdasan emosi hadir
pada setiap org & bisa dikembangkan.
Berikut beberapa tips bagaimana cara
mengasah kecerdasan emosi:
1. Selalu hidup dengan keberanian.
Latihan dan berani mencoba hal-hal baru
akan memberikan beragam pengalaman dan
membuka pikiran dengan berbagai
kemungkinan lain dalam hidup.
2. Selalu bertanggung jawab dalam
segala hal.
Ini akan menjadi jalan untuk bisa
mendapatkan kepercayaan orang lain dan
mengendalikan kita untuk tidak mudah
menyerah. "being accountable is being
dependable"
3. Berani keluar dari zona nyaman.
Mencoba keluar dari zona nyaman akan
membuat kita bisa mengeksplorasi banyak
hal.
4. Mengenali rasa takut dan mencoba
untuk menghadapinya.
Melakukan hal ini akan membangun rasa
percaya diri dan dapat menjadi jaminan
bahwa segala sesuatu pasti ada
solusinya.
5. Bersikap rendah hati.
Mau mengakui kesalahan dalam hidup
justru dapat meningkatkan harga diri
kita.
So, kuasailah kecerdasan emosi Hanisah!
Karena mengendalikan emosi merupakan
salah satu faktor penting yang bisa
mengendalikan Hanisah menuju sukses dan
juga menikmati warna-warni kehidupan. :-)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9ZArY4jJpPeY0LIKZ0qLIaEn8WNnG4ZUeQlhQc3XsuGN4rb0jZIVqgA1k2hyKLRVMgxpYcdC1qljCD2dzbXw0KhoABDtn7mZA98F5rqolBqzV17ZbBKHWH0Ve3IUXstDt_N5jj0pPDO4/s320/1_333886257l.jpg)
"PERSONA NON GRATA itu BUKAN AKU"
Ketika pada akhirnya aku kembali menyematkan kalimat itu atau mungkin lebih tepat disebut sebagai Jargon bagi mereka yang memang merasa dunia sedang tidak berpihak kepadanya, semua orang terkasih yang tiba-tiba menjauh dan tidak ingin berbagi kasihnya. Aku tidak merasa seperti itu saat ini, aku justru merasa memiliki dunia, dia ada ditanganku. Aku merasa seperti itu ketika aku menyempatkan beberapa detik untuk melihat sekelilingku dan ada mereka disana. Kedua orangtua dan satu-satunya saudara kandung, adik laki-lakiku. Betapa aku mencintai mereka Ya Rabb.. betapa aku sangat mencintai mereka semua. Bila suatu saat aku harus berada di satu titik dimana aku dijauhi oleh seisi dunia ini, jangan biarkan mereka menjadi salah satunya, tapi biarkan mereka menjadi satu-satunya yang akan selalu ada di “belakang”ku. Aku sangat mencintai mereka semua dengan segala kekuranganku.
Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu. Aku menemukan salah satu kalimat ajaib itu dalam pembatas salah satu buku yang aku beli dengan hasil keringatku tahun lalu (tidak bermaksud sombong, tapi mencoba mengingatkan kepada diriku sendiri, bahwa aku pernah selalu mendapatkan segalanya dengan keringatku sendiri). EDENSOR-nya Andrea Hirata. dapat dipastikan, secara resmi akupun berkata kepada diriku sendiri, aku akan memeluk semua mimpi yang aku punya, dengan atau tanpa oranglain, tapi tetap dengan restu mama insya Allah. Semoga.
Aku ingin menjadi seorang aku tahun lalu. Oopsss…. Seharusnya bukan itu yang menjadi inginku saat ini, tapi aku harus bisa menjadi lebih baik dari sekedar seorang aku tahun lalu.
Easy to say, hard to do.
Dan aku tetap mencintai diriku sendiri. Saking cintanya, kadang aku menjadi sosok paling egois di Belahan Bumi Pertiwi ini.
Sebulan ini, aku banyak mengenali sosok baru dalam hidupku. Teman-teman baruku sangat ramah dan pintar. Aku bangga menjadi salah satu dalam Komunitas mereka. Aku bangga ada di tengah-tengah mereka dengan tetap menjadi AKU. Tidak akan pernah aku menghilangkan ke”asli”anku di depan siapapun. Mereka bilang aku aneh, Mama bilang aku keras kepala. Aku bilang, aku UNIK.
Hari-hariku akhir-akhir ini tampak biasa (diluar konteks percintaanku). Kenapa ya?
Aku mencari sesuatu yang hilang. Aku terus mencari tapi belum juga kutemui sesuatu itu. Teman-teman Facebook-ku, mereka bertambah banyak setiap harinya (belum mencapai seribu memang, hehe), karakter baru kutemui pula disana. Berwarna, tapi tetap saja mereka maya. Aku pun terus membuka makna dibalik ayat-ayat-Nya, meskipun sedikit demi sedikit, meskipun aku tidak serajin dulu, tapi aku berusaha untuk tidak meninggalkan sepenuhnya, berharap tidak akan pernah. Satu waktu aku menyadari, mungkin itulah satu-satunya “bekal”ku kelak. Ayat-ayat yang terus memberikan pemahaman baru bahwa hidup yang tengah berjalan ini, telah di”ramal”kan dan dituliskan scenario-nya, jauh sebelum aku berada dialam fana ini, bahkan sebelum aku hadir dan berkembangn di dunia rahim mama-ku. Dari situlah akupun mencoba meyakinkan diri sendiri, bahwa sebanyak apapun rasa senang dan sedih yang aku dapatkan dalam hari-hariku, semua sudah berada dalam garis tanganku (baca: suratan takdir).
Aku mencari jati diriku. Aku masih mencari. Maka biarkanlah aku tetap mencari. Bantulah aku dengan cahaya, bukan dengan kata-kata suruhan dan paksaan. Ketika aku berkata tidak, jangan paksa aku untuk bilang iya. Percayalah, tidak akan ada yang kalian dapatkan dengan itu.
Bulan tampak penuh. Dua bulan kemarin, aku masih make a wish dengan dia (teman baruku). Malam ini, dia bahkan sama sekali tidak memberikanku pesan singkat dan bilang “bulannya sudah bulat”. Aku tidak akan marah apalagi kecewa, this is life.. ada yang datang dan pergi. Siap memiliki, maka bersiaplah kehilangan. Itulah kelemahanku, sulit untuk kehilangan. Tapi aku tidak akan membiarkan itu berlarut terlalu lama. Tidak akan. Aku akan mencari bahagiaku sendiri. Sekali lagi, dengan atau tanpa mereka.
Berhadapan dengan Dizzy_ku, aku akan tetap bersyukur ada dia yang selalu bersabar untukku. Bersabar menghadapiku yang kadang sulit untuk dimengerti. But heiiiii…. Wanita memang selalu ingin dimengerti kan??? Jhahaha…
Aku hanya anak kecil yang berjubah dewasa, sahabat-sahabatkupun berkata. Yeeaaahhh… teruslah ber-Opini kawan, kalian aku miliki untuk itu, untuk membuatku semakin tahu, seberapa besar kurangku, seberapa banyak salahku, seberapa pelik khilafku. Dan kalianpun ada, untuk menjadi saksi perubahanku, menjadi kebalikan dari semua makna negative yang ada. Hopefully….
Bersambung……
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhqOaXFnd1FvLYiM3As2Yh_SypA1J3dzNSFdpFfcDBwNqOXKxiZYXsXC7BfstB4QA99jfYJ4lG_c6pewxENEuo2cV3bXGLaTgn4pHWK3FisT_25d13b0buDPYgNl4Qy2zRLQ1FJi6wY-I/s320/iwan_fals.jpg)
KANTATA-AIRMATA
Lirik Lagu ” Air Mata “
Artis ” Iwan Fals “
Disini Kita Bicara
Dengan Hati Telanjang
Lepaslah Belenggu
Sesungguhnya Lepaslah
Sesuatu Yang Hilang
Sudah Kita Temukan
Walau Mimpi Ternyata
Kata Hati Nyatanya
Bagaimanapun aku Harus Kembali
Walau Berat aku Rasa Kau Mengerti
Simpanlah Rindumu Jadikan Telaga
Agar Tak Usai Mimpi Panjang Ini
Air Mata Nyatanya
Sampai Berapa Lama
Kita Akan Bertahan
Bukan Soal Untuk Dibicarakan
Mengalirlah
Mengalirlah
Mengalirlah
Aku melangkah dalam jembatan kegalauan. Ketika aku yakin untuk maju, seketika aku tertegun dan menghentikan langkah, dan kemudian mundur, tapi dalam beberapa saat, aku kembali meneruskan perjalanan yang masih sangat panjang ini. Kadang aku bertanya, “benarkah perjalananku ini masih panjang??? Adakah waktu tersisa untukku meraih asa dan mengatakan ke seluruh dunia kalo aku pun bisa.. dan tidak hanya kata semata???”
Tuhan Maha Tahu apa yang ada dalam kalbu ini, Tuhan Tahu.. setiap detik yang berdetak adalah jawaban untuk setiap Tanya. Aku pun berjuang untuk tahu itu. Sangat mengherankan, kadang aku menjadi sosok “hitam” dalam hidupku, menapaki garis lurus yang berubah terkelok dalam waktu yang sama. Aku seperti dua sisi logam, tapi terkadang aku menjadi kebalikan dari itu.
30 Oktober 2009
Beberapa hari kemarin, ketika aku berada di Kota tetangga (Baca; Bandung), aku menemukan banyak hal, banyak. Hal itu juga yang meyakinkanku, betapa bukan ini yang aku inginkan, bukan ini yang aku bayangkan untukku menjalani hidup, tidak di Kota-ku ini. Tapi semua ada disana, pikirku. Keyakinanku semakin terasa ketika bis yang aku naiki tiba di Terminal satu-satunya di Kota ku ini, hatiku terasa kosong, dan lemah. Sangat berbanding terbalik ketika aku berada disana, terasa penuh dan hangat, bahkan panas oleh semangatku yang mulai terbakar.
Aku mencintai Kota ini, tapi aku pun tahu aku tidak lagi menginginkan untuk berlama-lama stay disini. Seandainya kesempatan itu ada untukku raih, aku tidak akan menunggu satu detikpun untuk melewatkannya. Hidup terlalu singkat untuk dilalui dengan hal yang BIASA saja, aku haus akan sesuatu yang beda, sesuatu yang menjadi “indikator” yang akan menjadi penguat akan ke-AKU-anku.
“Aku belajar ini dari kamu Dyrga, kamu yang telah sekian lama telah meninggalkan Kota ini, dan keluarga yang ketika kamu berada di tengah-tengah mereka, kamu akan merasa bahwa seluruh dunia telah kamu miliki. Tapi kamu lebih memilih pergi dan “mencari” apa yang memang seharusnya kamu cari. Sejenak kita lupakan tentang perbedaan yang ada, tentang perbedaan Gender, dan betapa berbedanya kita secara fisik. Kamu yang bisa terus bertahan sekalipun badan yang terus melemah karena lelah, tapi sekalipun tidak ada kata kalah. Dan aku, yang ringkih akan cuaca. Aku terhempas ketika angin malam mulai “centil” memasuki setiap rongga tubuh ini. Aku pun tidak bisa menerima ada asap-asap “nakal” yang nekad masuk ke hidung dan tenggorokanku, asap yang jelas-jelas sangat dinikmati oleh kebanyakan orang (yang menyukainya), tapi jangan pernah berharap bisa bersahabat dengan organ nafasku ini. Dokterku bilang, “itu namanya Alergen Honey..”. tapi dalam kelemahan dan keterbatasanku itu, aku sebenarnya mempunyai semangat dan “api” yang sama berkobar dengan kamu Dyr, dengan orang lain juga yang punya mimpi sama sepertiku. Mimpi yang hanya aku bilang pada Diary masa kecilku dan sesekali aku selipkan dalam lirik laguku yang sangat-sangat sederhana.”
Aku sangat iri akan kebahagiaan mereka yang ada di sekitarku. Iri dan memotivasiku untuk bisa mendapatkannya juga dengan caraku sendiri tentu saja.
Malam ini, terasa sejuk. Tidak panas tetapi tidak juga dingin. Dyrga-ku baru saja kembali dari Kota kedua-nya. Welcome back homeward baby..!! Pasti cape’, tapi pasti juga lega kan? He……
Waaa….. semoga besok menyenangkan untuk kita. Nice Weekend.
Bersambung…..
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjon2Opk9DlzaJwcAytUmxsGu0voZjoh-lg_uURuWU6_UPkg4JWMzZ4Mu2pCe82YR_0YToJAMHUjmRpEbgNGpdEekw_vmr9y6oiVxpRCkTz10OXcmc8YBKnI5J495C1Hyy1HYKxBHFh1pc/s320/NlLxAgpy0MDv9qnTkCgjqA.jpg)
MALAM SELALU HITAM
Malam yang cukup panas. Karena itu… aku membiarkan pintu ini terbuka. Pintu rumah ruang depan. Wuuuuzzz…… angin pun semilir, angin surga.. pikirku. Hari jum’at, hari dimana aku biasanya menghabiskan hampir seluruh waktu ku ditempat yang aku rindukan sekarang, radio. Ku hela panjang nafasku, dan ku katakan pada diriku sendiri, betapa luas dunia ini, betapa megah hamparan langit. Dan sangat sangat cukup ruang untukku mencairkan kebekuan ini. Kebekuan hatiku sendiri yang telah lama meninggalkan separuh jiwanya.
“Dyrga dimana??” sesekali aku bertanya, tanpa sekalipun menyampaikan tanya itu padanya. Yang aku tahu, aku sedang ingin memberikan dia sedikit ruang dan waktu untuknya meraih dunia lain selain aku. Tapi ternyata aku salah, satu SMS dari dia tadi siang telah meng-indikasi-kan bahwa dia sama sekali tidak suka aku begitu meng-acuh-kannya.
Begitu banyak waktu yang kuhabiskan untuk terdiam dua hari ini. Entah apa yang berkecamuk dalam hati ini, semua tertuju pada satu kata, jenuh. Aku merasa semua benar-benar tidak sama lagi. Aku yang dulu pun kini entah ada dimana. Di satu sisi, aku selalu tetap bersyukur, ada Dyrga di hidupku. Dan selalu banyak orang di sekitarku yang akan siap mengulurkan tangannya untukku meraih disaat aku membutuhkannya. Hopefully.
Tak ada alasan untuk tidak bersyukur. Aku hanya sedikit memohon untuk bisa kembali tersenyum dengan senyuman yang sama pada saat itu. Ku dengar “panggilan” itu beberapa jam lalu, dan baru sekarang ku langkahkan kaki ini menuju tempat mengambil air wudhu. “Ya Rabb.. aku melangkah menujuMu, akan selalu kuminta do’a yang sama. Do’a yang sama”.
Malam ini kutemukan damai dirumahku, di keluarga kecil ini. Bercampur rasa duka yang masih menggantung dimata kedua anak itu, keponakan-keponakanku yang malang. Di usia sekecil itu, mereka sudah harus kehilangan mama-nya. “Aku tahu, semua akan kembali padaMu Ya Rabb.. dalam ketiadaan ini, jadikanlah rasa syukur itu selalu ada disini, dimata mungil mereka”.
Aku kembali ke “dunia”ku. Sendiri kukatakan pada semua, bahwa aku akan selalu tetap ada, apapun keadaannya. Ketika aku ‘hilang” pun, aku ingin semua tetap menganggapku ada, walaupun hanya sekedar nama dan sepotong tawa. Aku sangat takut tidak dicintai, karena itu aku akan tetap mencintai. Aku sangat takut kehilangan, karena itu aku tidak ingin menghilangkan siapapun dari siapapun. “Dyrga, aku tahu kamu bukan hanya punyaku, siapapun berhak untuk memilikimu, dan karena aku.. belum tentu bisa memberikanmu senyum itu, senyum ketika kamu berada tidak bersamaku. Aku tidak ingin membiarkan siapapun merasa kehilanganmu karena aku”. Sesungguhnya dia hanyalah milikNya.
Kembali ke dunia nyata, buku-buku itu pun tampak terdiam, berjajar rapi. Kulihat satu persatu, aku terdiam dan kemudian aku sampai pada keputusanku untuk mengambil salah satu diantara mereka. An Affair to forget-nya Armaya Junior. Buku ini lagi. Tak pernah bosan kubaca. Terlalu sayang untuk didiamkan dan tidak diambil makna terdalamnya. (dan lama-lama, aku akan benar-benar menjadi seorang “mafia”). Teringat seseorang yang datang kerumah tadi siang, melonjakan hati yang tengah layu ini. Aku senang dia datang. Seorang gadis cantik yang kuanggap sebagai adikku sendiri. “J”… seperti itulah semua orang memanggilnya. J… “mafia” tercantik (nick name “jahat”ku untuknya). Jhahaha…love U sista’..
Malam mulai larut. Meskipun bintang sedikit pelit untuk mengajak teman-temannya bernyanyi untukku, aku akan tidur dengan senyuman terbaikku malam ini. Dyrga-ku mungkin sudah terlelap. Atau mungkin tengah tergelak bersama teman-temannya. “Ikut merasakan kebahagiaanmu malam ini dear… semoga nyenyak tidurmu”. Haaahh… sedikit kuhela nafas ini, dan dalam helaan nafas yang sama, aku pun berkata “Kangen kamu Dyr.. tapi malam ini.. akan kubiarkan kalian melepas rasa kangen yang mungkin lebih besar dari rasa kangenku”. Tidak ada telpon sebelum tidur. Ritual berdo’a malam pun terlewat sudah. Aku tetap berdoa, di tempat yang sama, di jam yang sama, do’a yang sama, yang tak akan terhenti, insya Allah..
Bersambung…..
11 oktober, 2009
Apa yang terjadi hari ini?????? Pagi hari pun dilewati dengan adu argument yang ngga jelas. Kugy yang slalu bicara dengan intonasi tinggi. Dan Dyrga pun, mencoba untuk tetap menanggapi, bersabar. Dalam hatinya, Kugy kadang bertanya, mengapa Dyrga bisa sesabar itu??? tidak tahukah bahwa itu justru yang membuat Kugy semakin kesal?????
Dyrga selalu mencari jalan supaya pertengkaran bisa di Cancel, or at least Pending. Cari aman. Fuuuuhh…..
“Dyrga, pagi ini, aku melihatmu penuh rasa sejuk. Memang aku marah dan sangat sangat tidak mengharapkan kamu datang, tapi kamu tetaplah kamu, dan bukan kamu kalau ngga bisa bikin aku “kalah” dalam amarahku”.
Aku bertahan dalam kemarahanku, aku pun bilang kalau marahku ini tidak akan hilang. Semua karena aku begitu tidak bisa menerima kehadiran “bintang jatuh”. Satu hal yang tidak kupersiapkan pagi ini adalah, ketika dia flash back kronologis “kasus” tidak jelas ini. Dari awal pertemuan kita, awal ketika rasa itu mulai tumbuh dihatinya, dan pada saat yang sama, terjadilah ketidaksinkronisasi-an perasaan. Ada aku yang tidak peka disana (at least, itulah versi dia). Ada aku yang mulai mendekatkan hatiku pada sosok lain, dan dia pun ternyata terluka. Terluka???? Yup, diapun terluka, dan mungkin.. sangat terluka.
Well, Kugy…… wake up!!!!!
Langit mulai memutih, awan-awan dewasa mulai berdatangan. Panas mulai menyengat. Tapi amarah mulai reda, menuju titik damai. Satu titik yang aku nama kan TITIK NOL. Titik dimana semua kembali dimulai dari awal. Ada hal yang tiba-tiba menggelitik, dan menggiringku ke pertahanan paling akhir, untuk mulai “menyerah” dan tidak memperpanjang debat kali ini, dan hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah, aku belum makan apa-apa dari tadi pagi semenjak dia datang. Lapar.
Dyrga-ku, saat ini mungkin dia tengah letih akan banyak hal yang menjadi bahan pemikirannya akhir-akhir ini, tentang kerjaan yang tengah running. Dan beberapa hal diluar itu yang aku tidak tahu. Tapi disaat dia letih pun, dia selalu ada untukku. Tidak salah lagi, Dyrga-ku akhirnya kutemukan lagi.
Bersambung…..
Berkaca dari kejadian yang kemarin, aku memahami satu hal. Hidupku.. bahagiaku.
Akan ku putar waktuku sendiri, ke masa yang aku mau tentu saja. Sejenak, biarkan aku memanjakan diri dengan melakukan hal yang orang lain tidak ikut campur didalamnya. Dan aku lebih memilih… untuk menjauh.
Dyrga-ku, malam ini dia tidak ada disini. Telpon tadi siang, mungkinkah telpon terakhir? Mmmhh… ngga yakin.
Aku tidak akan pernah rela berbagi Dyrga dengan dia, bukan dengan orang lain, tapi hanya dengan dia. Aaaaaahhh… pemikiran yang bodoh. Saat ini, aku merasa asing dengan diriku sendiri.
Tadi malam adalah malam terhangat. Dalam kelemahanku karena sakitku, dia ada. Temani aku lewati malam, dengan aku yang tidur di bahunya. “Dyrga, aku bersyukur punya kamu”. Aku berharap dia dengar apa yang hati ini bilang. Malam tadi aku menemukan Dyrga –ku yang tlah lama hilang. “itulah kamu yang aku mau, kamu yang kemarin-kemarin ngga ada, kamu yang slalu pengen tau apa yang ada dalam pikiran dan hatiku, kamu yang hanya miliku, hanya aku”.
Garut, 10 oktober 2009
Hari dimana aku menghabiskan waktuku untuk menikmati perjalanan ke satu tempat yang penuh awan. Huuuhh…. Obat macam apakah yang dokter kasih kemaren siang? Obat itu membuat kantukku memuncak disiang dan malamku. Sejenak aku terbangun dan menyempatkan diri untuk memastikan dia ngga lupa sending SMS. Dan memang ada, SMS dari dia, lengkap dengan protes-nya. Ya ya yaaa…. HP ku slalu divert, itu karna aku ngga mau hariku terganggu dengan telpon basa basi, sombongku.
Garut-ku. Betapa aku sangat mencintai kota ini. Dan betapa aku ingin meninggalkan Kota ini akhir-akhir ini. Lho?
Cintaku ada disini, sekaligus rasa sakitnya. “Dyrga, kamu ngga tahu betapa aku sakit, betapa aku sangat ingin membencimu, tapi.. aku ngga pernah bisa..”
Kekuatanku sekaligus kelemahanku, itulah dia.
aku mencintainya seperti aku mencintai duniaku, dunia radio. Seketika aku kembali ke masa dimana ada dia yang membawaku untuk berkembang di tempat baru, beberapa bulan lalu. Aku yang telah mengenalnya dari enam tahun yang lalu, tapi beberapa bulan kemarin lah, aku benar-benar tahu dia. Dia yang adalah punyaku. Tak akan letih aku bilang, dia adalah punyaku.
Aku sangat menghargai perjuangan dia belakangan ini, untuk yakinkanku tentang rasanya yang bukan cuma omongan semata. Tapi aku hanyalah seonggok manusia yang tidak bisa untuk berbagi dengan “bintang jatuh”. Dyrga, tolong mengerti.
Langit menjadi sangat merah, tanda marah-kah??? Aku berselimutkan hawa panas, mmmmhhh…. Gerahnyaaaa…. Tak urung niatku berkelana didunia maya. Aku tidak sendiri, dan tidak akan pernah sendiri, dalam kondisi apapun. Hati itu tidak pernah bertugas untuk memilih, karena dia pasti tahu kemana arahnya akan bertolak. Perahu kertas-ku, I love You. Dee.. terimakasih.
Ada winAmp didepanku, lengkap dengan list yang kesemuanya “gue banget”, yang saat ini kudengar U & I nya Jason MRaz, haaahhhh…. Kembali ke masa silam lagi deh. Ada aku yang pada saat itu sama sekali belum mengenal cinta, belum tahu rasanya patah hati. Dan lagu inilah yang mengiringi ke-na’if-anku. Sampai akhirnya aku ter”kontaminasi” dengan hal-hal beratasnamakan “kedewasaan”, lagu ini tetap ada di list ku.
Malam ini akan kuakhiri dengan aku Posting di Blog ter-anyar-ku, disinilah smua keluh dan kesahku akan berlabuh. Jauh dari Directly Comment yang mungkin akan menyudutkanku, hanya disinilah aku merasakan kebebasan yang akan menjadikanku sebagai aku. Aku.
Bersambung ......
Suatu yang benar2 tidak kusengaja waktu kulihat Facebook itu belum di Log Out.
God….. tanganku ini langsung lemas tanpa ada niat apapun. Terpaku. Sempat terlintas untuk membiarkan FB itu. Tapi harus ku Log Out karna aku mesti masuk ke Account ku sendiri. Dan “tanduk” pun mulai mekar dikepalaku. Tak kubiarkan kesempatan itu lepas gitu aza. Susah payah aku nyari kepastian kesana kemari untuk “menolong” hatiku ini, dan malam ini…adalah saatnya.
Here we goes…. Aku langsung masuk ke –PESAN MASUK-
Kucari .. dan aku pun menemukan sesuatu.. Got cha’…..!!!!!!!!!!
HANCUR…
Itu yang aku rasakan seketika itu juga (perasaan yang kalo dia tao, tanpa nunggu satu detikpun dia akan langsung bilang “Kamu tu Lebbay… Lama2 kamu bisa jadi Marshanda”). Kubaca satu persatu pesan itu, dari kalimat ke kalimat yang lain. Semakin lama semakin hilang dayaku. Aku menangis????? Tidak. Ini terlalu sakit Tuhan. Aku ingin… dan aku ngga bisa.. ini terlalu sakit.
Dia memang bukan milikku sudah sejak lama. Ternyata pada saat itupun, dia sudah bukan punyaku. Ngga ada sedikitpun terbersit dibenakku betapa dekatnya mereka. Dan ngga ada sedikitpun, terpikir kalo aku akan sesakit ini.
Why?????
“Tuhan ijinkan aku, untuk meminta perasaan ini hilang detik ini juga… aku tahu kalo Kau mau, itu pasti bisa….
Ngga bisa??? Belum waktunya??? Ada hikmah dibalik ini smua????
Fine…..
Stidaknya biarkan aku merasakan sakit ini tanpa aku harus melihat dia ada di sekitarku”.
(Mereka itu Cuma temen. Ade’ Kaka’).
Damn.. yang ada dibenakku, kalimat itu ngga lebih hanyalah sebagai Jargon Picisan. Aku tahu rasanya, aku tidak sebegitu bodoh untuk tahu bedanya. Aku tahu.. mereka justru yg ngga tahu seberapa sakitnya.
“Kamu A… ngga akan pernah tahu..
Malam ini aku SANGAT ingin smuanya jelas, at least untukku. Aku ingin kamu pergi.
Ini ngga akan berhasil, ngga akan..
Coba lihat reaksimu waktu SMS itu datang, dan kamu kebetulan ada disini.. di sebelahku.
Beri aku keyakinan kalo dia memang bukan APA-APA.
Oooopsss…. Aku salah!!!!!!!!!!!
Aku salah…… aku pikir kamu bisa. Aku pikir malam ini akan terulang lagi. Aku pikir KITA itu memang ada. Ternyata engga’. Kamu tetaplah kamu. Begitupun dengan aku. Kita masi berjalan di jalan kita sendiri
Biarkan aku berpikir dengan keterbatasanku. Biarkan aku menenangkan apa yang sekarang begitu membuatku ingin “pergi”. Biarkan aku tanpa kamu, entah sampai kapan.
Apa yg menjadi inginku, biarkanlah. Aku pasti bisa lewatin ini smua.
Kamu slalu bilang kalo aku ngga akan bisa A… dan memang seperti itulah, aku ngga pernah bisa, tapi pasti bisa… AKAN..”
Kututup Account itu, hilang inginku untuk Online… persetan dengan itu smua malam ini. Aku perlu sendiri. Bicara pada diriku sendiri. Sakit..
Laptop inipun semakin memanas. Oopss…. lebih tepatnya, hati ini yang telah terbakar.
What da’ hell… aku perlu sendiri.
Mencari dan mempelajari value yang tidak bisa didapatkan di sekolah manapun. Setinggi apa aku harus menuntut ilmu, untuk mendapatkan cinta dan kebahagiaan yang ternyata ada di mata mama. Ketika beliau tersenyum disaat aku bisa bangun dan sholat subuh tanpa harus menunggu teriakan mama membangunkanku. Ketika aku bisa membuat dan menyiapkan makanan ku sendiri tanpa harus menunggu mama menyiapkannya. Ketika aku bisa membereskan dan membersihkan kamarku sendiri tanpa harus mendengarkan sindiran-sindiran halus dari mama terlebih dahulu. SESEDERHANA ITU. Bukan gelar. Bukan juga uang. Sesederhana itu, dan aku baru bisa mengerti itu sekarang.
Apa yang ada di benakku ketika adikku satu-satunya berjuang untuk cita-cita dan masa depannya di Negara orang, tapi disaat yang sama, aku sebagai anak satu-satunya yang tersisa di rumah ini tetap bersikeras untuk meninggalkan Kota kelahiranku untuk mengejar mimpi di Kota lain??
Pernahkah terlintas di pikiranku pada saat itu, apa yang akan mama lakukan ketika mama membutuhkan bantuan dan mendapati rumah dalam keadaan tidak ada siapapun selain dia?
Pernahkah terbersit di benakku kepada siapa mama akan berbagi pada saat malam tiba, tentang apa yang beliau rasakan, tentang apa yang dialami hari itu??
Aku. Kepadaku lah biasanya semua itu berlaku. Dan apa jadinya ketika aku tidak ada??
Hani. Kemana saja kamu selama ini? Masihkah ego itu ada dan menguasai setiap butiran-butiran darah yang mengalir ditubuhmu?
Menangislah. Menangislah untuk setiap penyesalan. Dan menangislah untuk setiap perubahan-perubahan baik di hidupmu.
Mama. Ini aku. Anak perempuanmu satu-satunya. Aku bukan lagi putri kecilmu, tapi ternyata aku juga belum se-dewasa itu. ini aku, dengan segala keterbatasanku, aku selalu berusaha untuk membuatmu bangga.
Ramadhan kemarin, seharusnya jadi ramadhan terakhir aku mengakhiri masa lajangku. Melangkahkan kaki ke gerbang dimana aku akan meninggalkan kalian. Ma’af, smua itu tidak terjadi. Tidak akan ada perayaan apa-apa tahun ini. Ma’af.