Umi Mertua Yang Bukan Mertuaku
Tuesday, April 21, 2015(Umi - Suami - Saya - Mama). Kami bersama Kartini2 sejati. |
Salah satu cara Tuhan menunjukan kasih sayangnya
adalah ketika Dia mengirimkan Ibu terbaik – Hani S.
Pikiran tentang Ibu mertua yang sosoknya seperti di kebanyakan Film/Sinetron, yang tidak mengerti dan sayang menantunya, yang selalu intervensi urusan rumah tangga anak-anaknya, dan lain sebagainya sempat menghantui masa muda saya. Saya sempat merasa, sosok Ibu mertua adalah sosok yang paling tidak saya harapkan kehadirannya. Terutama karena saya sudah terbiasa menjadi "tempat sampah" Mama saya mencurahkan kegelisahan dan kesedihannya yang disebabkan mertua dan keluarga suaminya. Dilema, rasa sedih dan khawatir tidak dapat saya hindari.
Menikah jadi tampak
semenakutkan itu ya?
Tapi lain dulu lain
sekarang, waktu membimbing dan semakin mematangkan pola pikir saya, tidak semua hal dapat dipukul rata. Saya pun meyakini bahwa sosok mertua bukanlah sosok horor seperti yang ada di
sinetron. Dan bahwa keberadaan ibu mertua bukanlah sesuatu yang harus
dihindari, tapi justru harus disyukuri karena salah satu hikmahnya adalah keluarga kita bertambah banyak.
Dengan menikah, kita dapet "paket hemat" kan ya, dapet suami plus bonus Orang tua
dan sodara-sodaranya juga, hihi..
2013 jadi tahun dimana
moment fenomenal itu terjadi di hidup saya, saya di peristri laki-laki pilihan
saya sendiri. Saya menikah tentunya dengan do’a restu orang tua dan keluarga
besar. Moment membahagiakan, akhirnya saya terlahir untuk yang kedua kalinya,
sebagai seorang istri.
Disaat ikrar itu di
ucapkan, resmi pula lah saya menyandang status sebagai menantu dan ipar. Menakutkan?
Ternyata TIDAK.
Mama & Umi di Pernikahan saya. Tuhan memberikan saya satu Ibu lagi di hari itu. |
Di keluarga suami, mama
mertua biasa dipanggil “Umi”, saya pun menyesuaikan diri.
Saya ingat hal pertama
yang Umi bisikkan ke saya saat kami menikah adalah “jangan galak-galak sama
anak Umi ya”. Haha. Duuhh, Umi kayaknya tahu banget ya kalau menantunya ini
bawel banget, tapi gak galak kok, Mi. :p
Saya dan suami
berkomitmen dari awal nikah untuk tidak tinggal serumah dengan orang tua, kami
ingin hidup terpisah dan belajar mandiri walau harus ngontrak. Ada ranah-ranah
yang kami buat bentengnya supaya tidak dapat di tembus oleh siapapun dan murni
menjadi hak prerogatif saya dan suami alias tidak dapat di ganggu gugat.
Kurang lebih dua tahun
menikah, saya pribadi merasakan tidak banyak kendala dalam rumah tangga kami,
semua berjalan seperti rencana. Kerikil-kerikil dapat kami lewati walau tak
jarang terjadi adu pendapat sedemikian rupa (lebih banyak saya yang berpendapat
sih, suami banyak "iya" nya, haha). Dan setelah kami melakukan evaluasi
kecil-kecilan, kami sangat bersyukur karena selama menikah, orang tua baik dari
pihak saya ataupun suami tidak pernah ikut campur terlalu dalam, hanya
memberikan saran dan kritik sewajarnya plus wejangan-wejangan khas orang tua.
Alhamdulillah semuanya positif.
Umi saat ini berjuang sebagai single
parent karena Papa mertua saya sudah tidak ada. Di lihat dari kacamata saya, Umi berhasil
menjadi Ibu yang baik. Tidak perlu jauh, sebagai gambaran saya cukup melihat suami saya dari
mulai kepribadian, bagaimana menjaga diri, bersosialisasi, berkomunikasi baik
di lingkungan keluarga atau pekerjaan, dan semuanya sangat saya banggakan. Tidak sempurna, tapi tidak pula jelek.
Setiap istri pasti mempunyai penilaian subjektif tentunya, ini lebih ke apa yang saya lihat
secara personal sebagai istri dan juga partnernya. Dan semua hal baik yang ada
di diri suami saya, sedikit banyak sudah menunjukan betapa Umi berhasil
mendidik anak-anaknya, walau tanpa bermewah-mewahan, walau dalam kesederhanaan, tapi
Beliau bisa.
Entah cara apa yang bisa
saya tunjukan sebagai bentuk rasa terimakasih terhadap Umi karena secara tidak
langsung, berkat Umi lah saat ini saya mendapatkan suami sebaik suami saya,
anak laki-lakinya Umi.
Umi adalah salah satu “Kartini”
di hidup saya, beliau berjuang tanpa letih, melakukan semua untuk kebaikan
putra putrinya. Dari mulai Agama, materi, kesehatan, pendidikan, dll.
Dua tahun menjadi
menantunya, Umi jarang sekali meminta sesuatu, bahkan umi tidak ingin
merepotkan putra-putrinya. Selama dapat dilakukan sendiri, umi jarang meminta
bantuan kami anak-anaknya. Saat kami memberikan sesuatu pun, tak jarang umi malah menolaknya.
Yang khas dari Umi, selalu membuatkan
kami kue lebaran terenak dan terlezat (bagi kami), makanan khas yang selalu di hidangkan
disaat kami berkunjung, dan menyediakan bekal untuk kami bawa ke rumah. Dari matanya saya melihat kerinduan Umi akan Putra laki-lakinya. Putra yang sekarang menjadi suami saya tercinta dan tidak lagi tinggal serumah dengannya.
Walau tidak pernah di ungkapkan langsung, walau intensitas pertemuan kami tidaklah sering, tapi bathin kami terhubung satu sama lain. Sama seperti hal nya saya dengan Ibu kandung saya. Umi merupakan sosok kuat dan hebat, kemandiriannya teruji dan saya belajar banyak dari Umi terutama dalam pola asuh anak. Saya berharap Putra saya kelak tumbuh dengan hati yang besar dan selalu murah senyum dalam kondisi apapun seperti Papanya.
Di Hari Kartini ini, Umi menjadi Kartini yang sesungguhnya di hidup kami. Kami Putra-Putrinya belum dapat membalas jasa dan kebaikan Umi selama hidupnya. Namun do'a tidak pernah berhenti mengalir. Semoga Umi senantiasa dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan lahir bathin. Amin.
"Selamat hari Kartini Umi, di mata kami (para menantu), Umi bukanlah mertua melainkan Ibu yang sesungguhnya. Terima kasih telah menjadikan kami menantu dan anak Umi. Semoga kelak, semua kebaikan Umi dapat di transferkan ke kami, anak cucu Umi ya Mi..Amiiin"
#K3BKartinian
#K3BKartinian
6 komentar
Wah kita menikah di tahun yang sama mak.. haha salam kenal. BW balik ya mak ;) http://bit.ly/1HOE55i
ReplyDeleteWaah, toooos!! haha
DeleteMakasi udah mampir mak saay, pasti mampir balik :*
nice post Mak :)
ReplyDeleteMakasi Mak Tetty, makasi juga sudah mampir :*
DeleteWahhh senangnya kalau bisa kompak sama Ibu mertua kan yaaa
ReplyDeleteIya Alhamdulillah, kayaknya itu harapan semua menantu kan ya :v
DeleteKapan ketemuan lagi kitaaa? :*
Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar dengan baik TANPA link hidup di kolom komentar. Dan cukup pakai Url blog saja ya teman-teman di ID namanya.