Perjalanan Menjadi Seorang Dubber
Friday, December 08, 2017"Mba Hani, aku mau dong jadi Dubber"
"Mba Hani, ajak-ajak ya kalau ada casting"
Kurang lebih kalimat seperti itu yang belakangan sering saya terima di DM atau Messenger Facebook. Saya membacanya dengan senang hati karena ternyata sangat banyak yang mempunyai cita-cita atau keinginan menjadi seorang Dubber.
Tapi, ada cerita dan pengalaman saya yang ingin saya share sekaligus menjawab pertanyaan beberapa teman tentang "gimana sih caranya supaya bisa jadi Dubber?", cerita tentang usaha saya selama beberapa tahun ini untuk bisa menjadi Dubber.
Simak yuuuk.
Siapapun pasti happy saat pekerjaan yang diinginkan dan dicita-citakan akhirnya terwujud. Pekerjaan yang tentunya beragam, di berbagai bidang, karena mimpi dan passion setiap orang biasanya berbeda.
Menjadi Dubber (Penyulih Suara) adalah salah satu impian saya sejak saya masih menjadi Penyiar Radio, dan keinginan itu semakin kuat saat takdir menempatkan saya di Perusahaan Media (Broadcast Television) di Jakarta.
Baca Juga : Pekerjaan Baru & Mengenal Dunia Dubbing #1
Sempat berpikir prosesnya akan mudah, mengingat koneksi dan akses yang saya kantongi, ternyata anggapan itu salah. Saya harus menjalani proses pembelajaran bertahun-tahun dulu sebelum akhirnya mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan sendiri.
Di postingan sebelumnya tentang dunia sulih suara, saya sempet menulis bahwa menjadi Dubber itu tidak mudah, regenerasi para Dubber senior ternyata juga tidak secepat dan semudah itu. Karena untuk menjadi Dubber Profesional, kita harus benar-benar siap di lapangan (Studio), minor revisi, dan tentu saja tidak "demam studio" alias siap dubbing sekalipun ditonton banyak orang.
Baca Juga : Pekerjaan Baru & Mengenal Dunia Dubbing #2
Karena itu, sekitar akhir tahun 2015 lalu, saya bertekad untuk belajar, karena saya merasa Tuhan sudah berbaik hati memberikan saya jalan yang mudah sejauh ini, saatnya saya memaksimalkan potensi dengan berbagai macam ikhtiar yang saya bisa. Btw, saya termasuk orang yang percaya bahwa apapun yang kita ingin, kita idamkan, akan tercapai jika mimpi itu tetap kita simpan di lubuk hati paling dalam, intinya jangan dilupain si mimpi itu. Saya selalu yakin bahwa mimpi itu akan "terbeli", cepat atau lambat. Dan sekalipun tidak, setidaknya ikhtiar-ikhtiar itu adalah perwujudan dari setiap mimpi yang kita punya, dengan bentuk yang berbeda, jadi harus tetap Alhamdulillah.
*bijak ceritanya* LOL
Eniwei, banyak sosok penting dibalik perjalanan saya menjadi Dubber, insya Allah akan saya tulis di postingan yang berbeda. Yang pasti, keberadaan mereka adalah bukti bahwa Tuhan Maha Baik dan selalu mendengar do'a-do'a hambaNya.
Baca Juga : Ketahui Macam - Macam Wireless Microphone dan Beli Sesuai Kebutuhan
Baca Juga : Ketahui Macam - Macam Wireless Microphone dan Beli Sesuai Kebutuhan
Perjalanan itu dimulai saat salah satu Sutradara Dubbing nanya dan bilang, "Han lu yakin mau jadi Dubber? yaudah lu liatin nih si X yang lagi dubbing, liatin aja dulu, pelajari. Dulu ada Dubber senior yang awalnya sama kayak lu, pengen jadi Dubber dan dia akhirnya rajin liatin orang dubbing, sekarang dia udah jadi Dubber yang jam terbangnya tinggi".
"oh gitu, yaudah siapa takut! lagian nongkrongin Dubber lagi kerja itu asik", tentu aja saya merasa tertantang dan semangat banget pokoknya.
Semenjak itu saya yang kerjaannya emang bolak balik Studio, memanfaatkan kesempatan yang ada dimana saya punya keleluasaan dan dikasih izin pula untuk sepuas-puasnya berada di Studio dubbing. Yeayy!
Karena dari awal sudah terkagum-kagum dengan para Dubber itu, saya menikmati proses "melihat" dan semakin lama semakin mengerti alasan proses ini sangatlah penting. Saya memperhatikan yang sedang dubbing drama Turki, drama India, Animasi, drama Filipina, dan lain-lain. Saya takjub! Ternyata memang banyak yang bisa diambil sebagai pelajaran walau "cuma" nontonin orang dubbing. Beberapa yang saya temui di "lapangan" saat itu diantaranya adalah :
- Ya ampun, betapa susahnya lipsync, menyelaraskan gerak mulut kita dengan gerak mulut yang kita perankan itu susah lho saat kita harus fokus ke layar monitor tapi di sisi lain harus fokus juga ke naskah. Dan tentang naskah, setiap Studio punya aturan berbeda, ada yang naskahnya di print (hardcopy), tapi ada juga yang muncul di monitor. Dua-duanya punya tantangan tersendiri, jadi usahakan kita harus menguasai keduanya.
- Artikulasi harus konsisten, penting banget untuk tetap konsentrasi. Kenapa susah banget ngomong jelas saat depan mic ya? oh mungkin kita gugup. Harus fokus, tenang, feel the emotion.
- Setiap Dubber dituntut untuk bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin, harus on time, sebisa mungkin tidak boleh banyak salah dan take berulang-ulang, karena akan mempengaruhi durasi Dubber di jadwal selanjutnya.
- Menjiwai setiap karakter dengan cepat. Karena saat kita di"calling" buat dubbing, kita belum tahu peran kita jadi siapa, karakternya kayak gimana, jadi penyesuaian harus sekilat mungkin. Misal dapat tokoh antagonis, karakter suara kita harus sejahat mungkin, begitupun peran-peran yang lain. Penjiwaannya harus "dapet", itulah kenapa dubbing disebut juga dengan Voice Acting.
- Dubber harus bisa menyesuaikan/revisi naskah dengan cepat. Karena tidak semua naskah yang ada udah langsung enak dibaca, ada aja kurangnya, kadang kependekan, kadang kepanjangan, kadang ada kata yang harus diganti karena ada penerjemahan yang kurang pas. Tugas Dubber untuk menyesuaikan hingga dirasa pas dengan cepat. Gak boleh kelamaan mikir karena (sekali lagi) akan berpengaruh ke durasi dubbing.
- Harus konsisten jenis suara. Saat seorang Dubber dapat peran yang menggunakan suara asli, tentunya gampang ya karena gak harus meninggikan atau menurunkan suaranya. Tapi saat kebagian peran lebih tua atau lebih muda, maka selama dubbing untuk peran itu, gak boleh lupa sama jenis suara yang sudah ditentukan di awal. Jadi suaranya jangan "belang-belang". Begitupun dengan penyebutan, misal dari awal kita sudah menentukan penyebutan kata "kamu" diubah menjadi "kau", maka sampai akhir cerita harus tetap seperti itu.
- dll.
Wokeeeh cerita perjalanan menjadi seorang Dubber ini masih panjaaaang, tapi untuk sharing kali ini, segini dulu ya. Lanjut kerja dulu soalnya, haha. Thank you udah mampir dan baca ini, jangan lupa baca lanjutannya yaaa. Nanti saya akan cerita proses latihan reading, nafas, olah rasa, hingga lipsync. Jangan sampai gak baca ya.
"eh kok maksa?" hahaha
See you All,
34 komentar
wah semangat terus ya, memang sebuah impian itu hrs diperjuangkan dan itu gak mudah
ReplyDeleteBetul Mba, semangaaaat
Deletewaahh mba.. jadi pengen tau hasil dubber nya.. bisikin dong mba ya..
ReplyDeleteHaha, ada Mba videonya di youtubeku, dikit2 bocorannya karena belum sempet divideo-in yang agak rapi :D
DeleteIni Channel Youtube-ku : www.youtube.com/kacamatahani
jadi tahu pekerjaan dubber seperti apa. boleh tahu ga mba nge dubber apa aja...
ReplyDeletemenarik banget yaaa kalau punya kemampuan dubber ini.
ReplyDeletekirain jadi dubber gampang, ternyata harus sinkron ya lihat teks dan monitor. Apakah ada warna suara khusus yang diperlukan untuk jadi seorang dubber?
ReplyDeleteJangan dilupakan mimpi itu. Ah, well noted Mba Haniii
ReplyDeleteSaya dari dulu pengen banget jadi dubber. Pas di Jakarta udah siaran radio nyangkanya akan lebih mudah dalam meraih mimpi itu, qadarullah harus ikut suami dinas ke luar Jawa, hehehe
Sukses untuk Mba Hani :*
Mba, Asik nih kalau disertakan video saat mba Hani jadi DUbber. Jadi bisa lihat aksi di belakang layarnya. Hehhe. Perjalanan yang menarik ya mbaa
ReplyDeleteAku juga pengen banget bisa jadi dubber, tapi kayaknya belum serius buat ngejalaninnya.
ReplyDeleteAiiih mb Hanni...kerennya ya bisa jadi seorang dubber keceh ���� Kayaknya paling sulit menjiwai karakter dan menyesuaikan bibir dengan kata2 yang diucapkan hihihi...Met latihan olah rasa dll yach. Sukses selalu ��
ReplyDeleteKeren, ini profesi unik dan di Indonesia belum banyak
ReplyDeletewaktu kuliah pengin part time jadi dubber tapi ternyata suaraku kurang gimana gitu hehe sekarang klo gak salah ada sekolah dubber ya ? oh ya aku pernah baca tentang pengisi suara doraemon, ibu nurhasanah yg jadi dubber selama 25 taun ... wow banget ya
ReplyDeleteMba Hani jadi dubber apa si? Film kartun, drama Turki India atau film Hollywood? Aku belum pernah dengar nih suaramu
ReplyDeleteKereeen.. Mba Hani jadi dubber apa mba? Ternyata gak mudah ya jadi dubber mba, banyak ilmunya banget.. Dulu pernah pingin jadi dubber, trus lupa, trus baca ini jadi pingin belajar jadinya.. :D
ReplyDeleteWaah iya ya.. saya pikir dubber baca scrip doang. Iya juga ya kalau ternyata script nya kepanjangan kita kudu pinter2 memotong atau memodif ya. Improvisasinya kudu tinggi. Ckckck.. ini nih bagian yg paling sulit. Kereeen lah buat mba hani
ReplyDeleteWaah mbak Hani keren banget jadi dubber. Aku salut sama dubber karena mereka tuh pasti kerja keras banget untuk bisa membuat percakapan terdengar natural tanpa dibuat-buat. Kalau aku sih nggak kepingin jadi dubber soalnya sadar diri suaraku cempreng kaya kaleng rombeng. Hehehehe.
ReplyDeleteHallo mbak, salam kenal. Saya yosa. Background pekerjaan hampir mirip sama mbak hani. Tapi saya sekarang lebih di pra produksi. Pernah ngerasain jadi dubber sekali dua kali, hihi. Kayaknya kalo ditekuni asyik juga ya hehehe. Saya nantikan cerita selanjutnya ya. :)
ReplyDeleteSaya selalu kagum sama dubber
ReplyDeleteBukan hal mudah mennyesuaikan suara, intonasi dan gerak bibir pemain asli di layar kaca
Aih makin penasaran sama cerita selanjutnya mbak
Woo! Jadi tau dubber itu ngapain aja...Ditunggu lanjutannya ya Mbak..
ReplyDeleteWah ternyata memang nggak gampang ya jadi dubber itu. Ditunggu cerita lainnya yaa
ReplyDeleteSiaaap. Makasih ya sudah mampiir :)
DeleteKerennyaa!! Waktu kecil akupun pernah bercita-cita jadi dubber, karena kayaknya keren banget kalo suaraku mejeng di film kartun favorit.
ReplyDeleteTernyata nggak gampang ya jadi dubber itu, kudu latihan bertahun-tahun dulu baru jadi dubber profesional. Semangat ya mbak :D
Betul Mba. Tepatnya sih lebih ke prosesnya itu sendiri. Dubbing ini latihannya setiap hari, bisa kapanpum dimanapun, bahkan saat kita ngobrol dengan anak atau suami, bisa skalian atur tempo, artikulasi dan emosi.
DeleteSemakin sering praktek, semakin besar kemungkinan kita siap terjun di lapangan. Kuncinya memang kemauan untuk belajar itu.
Semangat Mba, sama2 belajar kitaaa :)
wow seru banget pengalamannya mbak :D
ReplyDeleteMakasih Nahla cantiiik :*
DeleteHalooo, makasih banyak untuk komen2nya ya. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan di beberapa komen. Insya Allah saya rekap untuk dibikin satu postingan sebagai rangkuman jawabannya.
ReplyDeleteNuhun yaaaa :))
Mba Hani..seruuu bgt cerita dubbingnya. Sukses buat passionnya ya mba ��
ReplyDeleteYa ampunnnn ternyata jadi dubber itu nggak mudah ya mba dan profesi dubber itu termasuk jarang ya. Bebarti jarang juga orang punya kemampuan yang nggak umum seperti mba. Sukses ya ama impiannya ��
ReplyDeletewaaaaaaa keren bangettttt jadi dubber. Aku pas lihat para dubber diwawancara di acara sebuah televisi jadi penasaran perjalanan di belakangnya. Sukses terus, Mbak.
ReplyDeleteDari pertama ngeliat dubber kagum sama semangatnya dan skill yang mereka miliki. Salut buat Hani yang mau berjuang!
ReplyDeleteHaniiiiiii keren pisan ieu mah :D
ReplyDeletewaaaah keren sih ini :D
ReplyDeleteSebelum tahu istilah dubbing alias sulih suara, saya kira Kotaro Minami itu beneran bisa ngomong Bahasa Indonesia 😅
ReplyDeleteIngat dulu di sebuah tabloid jadul yang menyediakan kolom tanya jawab, intinya apa yang mau kamu tanyakan ke Ksatria Baja Hitam. Saya langsung tulis semua pertanyaan walaupun akhirnya nggak dikirim 😂
Setelah tahu kalau ternyata itu adalah 'ulah' dubber, jadi penasaran spt apa sih dunia sulih suara itu. Seneng aja waktu lihat endingnya Ice Age 4 yang menunjukkan semua aktor pengisi suara dan studio rekamannya.
Terima kasih telah berkunjung dan berkomentar dengan baik TANPA link hidup di kolom komentar. Dan cukup pakai Url blog saja ya teman-teman di ID namanya.