Tentang Rokok dan Bagaimana Strategi Capres Atasi Kerugian Kesehatan Akibat Rokok
Tuesday, April 23, 2019
Haloo.. kali ini saya ingin mengajak Anda, kita semua, untuk mendukung Pemerintah kita supaya lebih serius lagi dalam membuat kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia. Saya ingin mengajak Anda semua untuk turut berperan support Pemerintah kita untuk #PutusinAja menurunkan angka prevalensi Perokok Anak di Indonesia demi tercapainya Generasi Emas 2045 serta tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SFGs).
Dewasa ini (sudah sejak dulu sebenarnya), masalah rokok menjadi masalah kesehatan Masyarakat di Tanah Air. Sebagian besar Masyarakat terkena dampak negative dari rokok ini. Konsumsi tembakau khususnya rokok juga semakin meningkat. Tidak hanya Para Dewasa yang menjadi Pecandu Rokok (baca : nikotin dan tar), tetapi juga Anak-Anak yang masih polos banyak yang sudah menjadi Perokok Pemula dan bahkan banyak juga yang sudah kecanduan. Miris sekali, bukan?
Di sisi lain, ada pihak-pihak yang menjadi perokok pasif, dimana mereka harus terpaksa menghirup asap rokok Para Perokok Aktif hingga menyebabkan kesehatannya menjadi sangat rentan. Bagi saya, tentu hal ini sangat tidak adil.
Semenjak masih bekerja di dunia Radio, sebagai Broadcaster Radio, saya sangat bersemangat mengikuti gerakan anti rokok terutama kegiatan merokok di tempat umum yang dapat merugikan banyak pihak tak berdosa. Saya semakin merasa, Para Perokok itu sangat antipati terhadap lingkungan sekitarnya, mereka hanya memikirkan kenikmatan mereka sendiri, tanpa menyadari (atau mungkin menyadari tapi tidak peduli) bahwa mereka dapat merugikan orang lain.
Sekalipun ingin merokok, ada baiknya menjadi Perokok yang bijak dengan merokok di ruang khusus Perokok tanpa harus membagikan asapnya ke semua orang yang berada di dekatnya. Yuk ingat-ingat kembali apa saja dampak buruk dari Rokok.
Dampak Buruk Dari Rokok
Kalau dijabarkan secara detail, mungkin satu tulisan tidaklah cukup menjelaskan mengenai apa saja dampak buruk yang disebabkan oleh kegiatan membakar dan atau menghisap asap rokok ini. Tapi secara sekilas, kita harus tahu betapa Rokok ini telah memakan banyak sekali Korban. Ribuan orang telah meninggal akibat rokok, kebanyakan mereka menderita penyakit tidak menular seperti Kanker (kanker mulut, kanker lidah, kelenjar ludah,dll.), Jantung Koroner, dan penyakit Paru-paru lainnya.
Faktanya adalah Rokok mengandung lebih dari 40 macam zat karsinogen yang mana itu adalah penyebab Kanker. Rokok meninggikan kemungkinan timbulnya penyakit paru sebanyak 22 kali lebih besar bagi para Perokok. Badan Kesehatan Dunia atau WHO pun sudah memprediksi bahwa di tahun 2020 nanti (satu tahun kedepan), penyakit yang berkaitan dengan tembakau akan menjadi masalah kesehatan utama di Dunia. Angka kematian setiap tahunnya mencapai 8,4 juta, dan separuhnya ada di Asia. Miris, bukan? Sementara fakta lainnya menunjukkan bahwa Negara kita, Indonesia, menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah Perokok terbesar di Dunia setelah China dan India. Dan juga kita (Indonesia) menduduki peringkat ke-5 Konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang.
Selain itu, merokok memberikan dampak fisiologis terhadap fungsi kerja organ tubuh mulai dari ujung kepala (rambut) hingga ujung kaki. Semua itu disebabkan rokok dapat membuat lemah system kekebalan, sehingga membuat tubuh menjadi lebih rentan terhadap penyakit yang biasanya akan membuat rambut menjadi rontok, salah satu penyakitnya adalah Lupus Erythematosus.
Rokok juga akan berdampak terhadap penglihatan, kulit, pendengaran, gigi, system pernafasan, tulang, dan sebagainya. Bayangkan betapa ngerinya ya, apalagi jika menimpa kalangan Anak-Anak.
Bagaimana Strategi Capres Atasi Kerugian Akibat Rokok?
Di momen yang tepat seperti tahun Politik sekarang ini, seperti yang ditulis di atas, saya termasuk yang sangat bersemangat untuk mencari tahu concern Pemerintah akan masalah kesehatan yang diakibatkan karena rokok ini, terutama yang berdampak terhadap masa depan Anak-Anak Indonesia. Ada dua Capres yang sama-sama mempunyai kebijakan yang signifikan untuk mengatasi masalah ini, demi terwujudnya Generasi Emas Negara ini di tahun 2045 nanti.
Kebijakan-kebijakan tersebut diuraikan dalam Talkshow dari Kantor Berita Radio KBR yang mengangkat tema “Bagaimana Strategi Capres Atasi Kerugian Kesehatan Akibat Rokok”, yang disiarkan tanggal 11 Maret 2019 lalu.
Di Talkshow tersebut hadir dua orang Narasumber dari kedua Capres 2019 ini yaitu Prof. Dr. Hasbullah Thabrany dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo – Ma’ruf Amin, dan juga hadir dr. Harun Albar SpA, M.Kes dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.
Mengutip kalimat yang disampaikan oleh Prof. Hasbullah Thabrany, “peningkatan penyakit tidak menular (Stroke, serangan jantung, dll.) bukan hanya oleh rokok, tapi karena perilaku yang makin makmur, perilakunya semakin gak bagus. Makanan berlemak mempengaruhi”.
Bisa diambil kesimpulan ya bahwa gaya hidup destruktif memang memberikan dampak terhadap kesehatan, terutama saat kondisi financial sangat baik. Namun, Beliau juga menjelaskan bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa rokok menjadi bagian yang sangat mengancam bagi Indonesia. Bukan hanya kesehatan, tapi juga sosial ekonomi.
“Masyarakat yang sudah kecanduan rokok, terpaksa mengorbankan konsumsi produktif yang konstruktif untuk masa depan. Menghabiskan uang lebih banyak untuk beli rokok dibandingkan beli makanan bergizi baik yang membentuk otak anak-anaknya. Dan dari segi keagamaan, rokok sudah jelas dapat merusak diri dan merusak orang lain. Karena itu Pemerintah seharusnya berani mengeluarkan deklarasi haram. Sejauh ini yang berani mengeluarkan fatwa haram adalah Muhammadiyyah”, Prof. Dr. Hasbullah menambahkan.
Dr. Abdillah Ahsan selaku wakil kepala pusat ekonomi dan bisnis syariah FBE-UI turut memaparkan dalam rekaman suara mengenai penyebab konsumsi rokok yang kian meningkat, beberapa diantaranya adalah :
- Karena penjualan rokok di Indonesia ini masih laku keras.
- Akses terhadap rokok pun masih sangat mudah, dan murah.
- Iklan rokok di media-media masih banyak.
- Tidak seperti di Negara berkembang lain, di Indonesia ini peringatan bergambar mengenai bahaya nikotin masih kurang.
- Selain itu, masih banyak kalangan elit di Tanah Air yang menganggap kebiasaan merokok bukanlah suatu masalah. Dan semua promosi rokok rata-rata menyasar kepada Anak-Anak.
Lalu apa ya kira-kira Strategi dari kedua Capres 2019 ini untuk mengatasi kerugian kesehatan yang disebabkan oleh rokok? Simak yuk penjelasan berikut yang saya rangkum dari talkshow Ruang Publik KBR.
Langkah Preventif atau Strategi Capres Joko Widodo – Ma’ruf Amin
Oke, ini dia beberapa langkah preventif dari Pihak Capres Joko Widodo – Ma’ruf Amin, yang saya rangkum dari talkshow tersebut. Menurut Prof. Dr.Hasbullah, harga adalah salah satu faktor penting, namun di lain pihak harga bersifat in elastis, jadi walaupun dinaikkan nominalnya, tidak akan menyurutkan niat Para Pecandu untuk membeli rokok. Namun tetap saja, wala seperti itu, harga rokok tetap harus ditingkatkan, yang tujuannya adalah mencegah Anak-Anak (terutama yang belum tersentuh rokok) untuk membelinya. Jadi sasarannya lebih ke Perokok Pemula, atau bahkan bukan perokok sama sekali.
Selain itu, pihak Capres Joko Widodo – Ma’ruf Amin akan concern dalam pencegahan Anak-anak kecanduan, dan mendesak Pemerintah serta DPR untuk tidak usah takut dan mendengarkan keluhan Industri jika harga rokok dinaikkan. Pokoknya gak usah takut ekonomi jadi susah, atau Para Petani Tembakau jadi susah, karena pada kenyataannya hal tersebut tidak pernah terjadi.
Faktanya adalah, dengan harga rokok naik/ditingkatkan, Permerintah akan mendapatkan uang lebih banyak dari cukai rokok, cukai itu denda atas perilaku yang tidak sesuai aturan (Istilah dalam Islamnya adalah Dam), dan itu harus “dipungut” lebih banyak untuk memberdayakan Petani tembakau menjadi lebih baik. Dan dalam keadaan yang sama dapat mencegah anak-anak untuk tidak merokok. Masyarakat dan Pejabat harus kompak dalam memperlakukan rokok.
Selebihnya, dapat dilakukan edukasi publik, promosi kesehatan dan pencegahan. Namun mengingat Negara lain yang sudah lebih dulu melakukannya, memang hal tersebut memerlukan waktu sekitar 30-40 tahunan untuk mengubah perilaku Masyarakat. Cukup lama, tapi layak untuk tetap dilakukan, mengingat bahayanya yang besar. Selain Masyarakat, Pemerintah dan golongan Agama pun perlu mendapatkan edukasi mengenai rokok dan bahayanya, mengingat masih banyak tokoh-tokoh berpengaruh yang masih menganggap aktovitas merokok sebagai hal biasa dan lumrah.
Langkah preventif atau strategi dari kubu Capres Bapak Prabowo Subianto - Sandiaga Uno
Sebelumnya, ada beberapa kutipan dari dr. Harun Albar SpA, M.kes dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang mengatakan bahwa, “menyehatkan Para Perokok itu bukanlah beban, karena saat Rakyat sakit, penyakit apapun, adalah tugas Pemerintah untuk membiayai agar mereka sehat”.
“Bagi Kami (kubu Prabowo –Sandi), Perokok aktif dan pasif sama-sama merupakan Korban ketergantungan dari Nikotin, dan kita harus berusaha untuk mengeluarkan mereka (dari ketergantungannya)”.
Beberapa langkah preventif promotif atau strategi yang dapat dilakukan adalah :
- Langkah pertama adalah dengan dilakukannya Revitalisasi Puskesmas. Caranya dengan dilakukan kaderisasi “Emak-Emak” di Posyandu, dan Bapak-Bapak di Puskesmas, tujuannya supaya lebih mengerti tentang bahaya nikotin, sehingga mereka akan menyampaikan kembali informasi tersebut kepada Anak-Anaknya dan juga Masyarakat sekitar. Jadi penanganannya lebih ke penanganan Holistik, bukan dengan menaikkan harga rokok.
- Kedua, sebarkan gerakan “Say No To DNER (Depresi, Narkoba, Aids dan Rokok).
- Lalu bagaimana bagi mereka yang sudah terlanjur kecanduan rokok/nikotin? Caranya adalah harus mencarikan solusi tanpa menyakiti hatinya, bikin atau kasih mereka solusi yang bikin happy, seperti dengan cara edukasi dan detoksifikasi.
- Apa yang harus dilakukan ke Pabrik Rokok? Pelan-Pelan sarankan mereka untuk berinovasi membuat rokok yang kadar nikotinnya sedikit, lama-lama mungkin bisa membuat rokok tanpa nikotin (0% nikotin), tentunya itu akan membuat semua pihak happy.
Nah gitu Guys, jadi bagi pihak Capres Prabowo – Sandi, yang utama bagi mereka adalah Infrastruktur manusia Indonesianya yang harus disehatkan. Yang jadi pertanyaan saya dan mungkin Anda semua adalah, “Apakah dengan semua langkah atau strategi diatas akan ada perubahan?”, nahhhh untuk yang satu itu jawabannya memang harus kita nantikan dan buktikan sendiri ya, baik untuk kubu Capres Pak Jokowi maupun Pak Prabowo.
Saya sendiri, sangat berharap siapapun nanti yang memenangkan Pilres 2019 ini, dapat mengemban Amanah sebaik mungkin, mampu menunaikan semua janji-janjinya termasuk secepatnya #PutusinAja kebijakan terbaik terhadap rokok dan Perokok (aktif maupun pasif) ini. Mengingat dampat buruk dari asap rokok dengan segala kandungan di dalamnya juga membahayakan Ibu hamil dan janin yang dikandungnya, bayi, lansia, dll.
Penanganan kecanduan nikotin dan tar sedini mungkin, dapat menjadi Penunjang Generasi Emas tahun 2045 nanti. Semangaaat, say no to nikotin!
Salam sehat!
Pics Source : Pixabay
23 komentar
Mantap mba... ulasannya bisa seimbang dikedua kubu.. Kalau saya kok masih belum bisa ya.. ujung ujungnya berat sebelah ke salah satu pasangan...
ReplyDeleteSemoga ahli hisap semakin berkurang setiap tahunnya
Masalah rokok, adalah masalah selama dunia berputar.Kita bisa mengatasi benar2 sepenuh kesadaran sendiri, dan kita menjadi influence bagi org terdekat
ReplyDeleteMasalah rokok ini, sampai saat ini bagai dua sisi mata uang ya, Mbak. Dan termasuk soal merokok atau tidak, itu masih jadi pilihan dan hak mutlak sesorang. Hanya... memang kalau memilih jadi perokok, jadilah perokok bijak. Jangan sampai asap rokoknya merugikan orang lain yang justru tidak merokok.
ReplyDeleteTerlepas siapun yg akan terpilih, rokok sebaiknya tidak diproduksi lagi. Apalagi lebih banyak penyakit yg ditimbulkan
ReplyDeleteMudah2an Ada jalan terbaik utk masalah rokok ini ya,, yg nyata memang bahaya bngt,,, ternyata selama ini utk tembakau impor bukan memakai tembakau Indonesia
ReplyDeletePrihatin ya, di negara kita masih banyak perokok udah gitu mereka seperti tidak punya salah ketika menyebar asap rokok ditempat umum terlebih di tempat yang ada anak-anaknya ��
ReplyDeletehmm.. sejatinya, petani tembakau tak pernah diuntungkan dengan kebijakan yang mana pun. mereka tetap dibayar kecil dan mudah digantikan oleh mesin pabrik. kebijakan sebenarnya lebih untuk kepentingan para produsen rokok, jika mau jujur.
ReplyDeleteMasalah rokok dan dampaknya memang sulit untuk diatasi bahkan oleh pemerintah sendiri. Di satu sisi katanya memberikan pemasukan bagi kas negara dengan cukainya dan penyerapan tenaga kerja, di satu sisi dampak kerusakan generasi akibat budaya merokok menjadi masalah serius bagi kelangsungan generasi muda yang sehat dan berkualitas.
ReplyDeleteSetujuuuu
ReplyDeleteSiapapun nanti yang memenangkan Pilres 2019 ini semoga dapat mengemban Amanah sebaik mungkin dan mampu menunaikan semua janji-janjinya termasuk secepatnya #PutusinAja kebijakan terbaik terhadap rokok dan Perokok (aktif maupun pasif) ini.
Karena penanganan kecanduan nikotin dan tar sedini mungkin, dapat menjadi Penunjang Generasi Emas tahun 2045 nanti.
Serem banget fakta ini:
ReplyDeleteRokok mengandung lebih dari 40 macam zat karsinogen
Tapi perokok gak peduli. Sama tubuhnya saja tak peduli apalagi sama orang lain
Rokok ibarat buah simalakama yang dihindari tapi bnyk kebijakan juga terkesan belom mksimal menghentikn produksi rokok. Siapapun presidennya, semoga bisa memberikan kebijakan terbaik untuk kesehatan paru2 anak bangsa.
ReplyDeleteAku selalu mendukung program apapun utk mengurangi atau membasmi rokok
ReplyDeleteRokok menjadi strategi capres sangat bagus ya, semoga gak ada lagi deh asap yang mengepul dari sebatang rokok
ReplyDeleteRokok banyak merugikan orang, bukan hanya bahaya untuk perokoknya saja tetapi juga yang berada disekitarnya.
ReplyDeleteYa Alloh, siapapun pemimpinnya semoga makin memperhatikan masalah rokok ini ya. Merokok kalau dilokalisir ya gak papa, ada ruang khusus merokok. Tapi semoga kita2 yg gak merokok ini juga diperhatikan hak bernafasnya, apalagi anak-anak.
ReplyDeleteRokok ini bahaya banget aslik, cuma para perokok itu super egois mengandalkan mensejahterakan petani tembakau padahal mereka tetap aja buruh pabrik, bahayanya itu sampai ke kesehatan yang berkelanjutan kan yah
ReplyDeleteRokok emang jahara.. eehhh jahat.. penyebab banyak penyakit.. udah gitu yaaa sebelnya sama orang orang yang nggak punya uang tapi bela belain beli rokok
ReplyDeleteSiapapun presiden terpilih moga punya kebijakan lebih berani dan tegas, gak sekadar teori belaka mengenai rokok ini ya mbak.
ReplyDeletedengan melihat opini dari masing-masing kubu, semoga permasalahan rokok ini seger berhenti di kita ya mba. Dan ngeri banget ngeliat efek rokok segitu ganasnya, tapi masih d gandrungi oleh beberapa orang, hmmmm
ReplyDeleteSeharusnya utk yg sdg menjabat bukan sebuah rencana lagi tapi jd sebuah tindakan politik...tp ternyata Bapak ketu yg dr UI aja kecewa tuh pajak rokok.tidak naik...huhu...
ReplyDeleteNice share, Teh.. Kadang saya sendiri suka sebel sih yang suka rokok sembarangan. Maksudnya main ke kos ngerokok dan d.tegur suka gak denger. Duh kesel sendiri :(
ReplyDeleteNgeri ya soal fakta dan penyakit akibat rokok. Padahal jelas terlihat membahayakan dengan tulisan di rokoknya. Tapi tetap aja dihisap tuh rokok.
Aku sangat anti rokok mba, huhu sebel aja gitu org yg ngerokok kita yg terdekat kena dampaknya juga. Btw point of view yg bagus nih, melihat kebijakan dr para capres soal rokok ini.
ReplyDeleterokok ini padahal ga baik buat kesehatan tapi tetep saja ya pada ngerokok.
ReplyDeleteTerima kasih telah berkunjung dan berkomentar dengan baik TANPA link hidup di kolom komentar. Dan cukup pakai Url blog saja ya teman-teman di ID namanya.