Berkebun sudah menjadi hobi baru yang sangat menyenangkan buat saya, memang belum lama, semenjak Pandemi baru mulai tertarik untuk coba nanam sesuatu, eh tumbuh, dan akhirnya ketagihan pengen nanam terus. Sebelumnya, saya merasa ini bukan aktivitas menyenangkan lho, sekalipun terlahir di Keluarga Petani dan Pedagang, tapi gak pernah kepikiran ingin jadi Petani juga saat itu, karena menurut saya bertani atau berkebun itu susah, ribet, dan gak selalu bagus hasilnya. Siapa sangka, sekarang saya mulai mengerti apa yang membuat Bapak sangat mencintai Pekerjaannya. Menanam sesuatu hingga bisa kita tuai hasilnya itu sangat menyenangkan, selain sebagai mata pencaharian tentu saja.
Sebagai Urban Farmer yang masih newbie, saya dan Suami memanfaatkan kebun mini depan rumah kami sebagai media untuk kami belajar. Tentu tidak lepas dari "dikit-dikit telpon Bapak" di Garut untuk minta saran ini itunya. Heboh deh pokoknya padahal cuma mau nanam kunyit, haha. Mama juga ngajarin untuk re-grow tanaman, mulai dari apa yang suka diolah di dapur aja dulu, seperti daun bawang dan kawan-kawannya. Selain itu, saya juga mulai rajin cari info dari media online yang memang concern membahas mengenai Pertanian terutama untuk Pemula sepertiku, yaitu di Demfarm.Id
Demfarm.Id juga selalu memberikan tips untuk bercocok tanam, dan menampilkan Sosok-sosok yang sudah sukses menjadi Petani, sehingga memberikan motivasi, terutamam bagi Para Pemula. Demfarm ingin berkontribusi bagi kemajuan Pertanian Indonesia dengan konten-konten yang diangkatnya, seputar pertanian, pupuk, dan juga info pangan.
Selain itu, banyak juga ulasan Petani Sukses atau UMKM Pengolah makanan yang tentunya sangat menginspirasi Pembacanya. Saya betah berlama-lama "nongkrong-in" website-nya Demfarm karena memang bikin makin semangat belajar berkebun alias urban farming. Demfarm mengajak Masyarakat untuk memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya, sekalipun itu lahan terbatas untuk digunakan menanam kebutuhan pangan, entah untuk dinikmati sehari-hari di Rumah, maupun dijadikan ajang bisnis.
Program Makmur Ajak Petani Millenial untuk Memajukan Pertanian Daerah Masing-masing
Keseruan Virtual Gardening |
Minggu, 28 November 2021 saya berkesempatan mengikuti webinar bersama Demfarm yang mengangkat tema "Cerita Petani Millennial Mendapat Berkah dari Kebun" dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon. Turut hadir beberapa Narasumber inspiratif seperti Bapak Iqbal Abipraya selaku Petani Milenial Jember yang juga merupakan Petani binaan PKT, Kak Soraya Cassandra selaku Founder Kebun Kumara, dan juga ada Bapak Adrian R.D Putera selaku Project Manager Program Makmur PKT.
Senang sekali dapat menjadi bagian dari acara keren yang dihadiri oleh hampir 100 orang, yang merupakan Blogger, Jurnalis, dan Masyarakat umum yang memang mempunyai ketertarikan terhadap dunia tanaman. Tujuan diadakannya acara ini adalah untuk semakin meningkatkan minat kaum muda di bidang pertanian. Mengajak para Milenial untuk mulai bercocok tanam di Rumah masing-masing, dengan harapan di masa depan akan terlahir banyak Petani Milenial yang sukses dan turut memajukan sektor Pertanian Tanah Air. Kami semua mengawali acara dengan melakukan virtual gardening dengan gardening kit yang isinya lengkap dengan peralatan berkebun.
Bicara mengenai Pertanian, di era saat ini sektor Pertanian sudah sangat terbantu dengan kecanggihan teknologi yang ada. Menjadi Petani masa kini tidak harus menggunakan cara konvensional, namun bisa dengan cara modern yang tentunya akan berpengaruh ke tingkat penghasilan yang lebih besar. Dan sebagai bentuk dukungan untuk support sektor Pertanian, Pemerintah melakukan beberapa program beserta dengan pengembangannya. Hal tersebut juga didukung oleh beberapa pihak lainnya, yang salah satunya adalah Program Makmur dari PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), yang tidak lain merupakan Perusahaan pupuk terbesar di Indonesia.
Bapak Adrian menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan komitmen Perusahaan untuk meningkatkan pemberdayaan Petani dan produktivitas pertanian di Indonesia. Pihak PKT juga akan terus mendukung dan mendampingi Para Petani Milenial untuk meningkatkan produktivitas dengan cara yang disesuaikan dengan kondisi saat ini.
Program Makmur dilaksanakan di beberapa wilayah seperti Jakarta Timur, Kalimantan dan Sulawesi, ketiganya merupakan wilayah tanggung jawab distribusi PKT. Program Makmur ini akan memberikan ekosistem lengkap yang dapat menghubungkan petani dengan pihak project leader, lembaga keuangan, asuransi, teknologi pertanian, agro input, pemda, ketersediaan pupuk non subsidi, dan offtaker, dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan penghasilan Petani. Dan program ini tidak hanya berlaku untuk Petani senior, namun juga bagi Petani Millenial. Bagus banget ya programnya, saya sangat mengapresiasi dan optimis dengan adanya program ini akan semakin banyak Petani muda bermunculan dan memajukan pertanian daerahnya masing-masing.
Millenials Jangan Gengsi Berkebun dan Menjadi Petani
Ngomongin soal gengsi, ternyata masih banyak lho Anak muda sekarang yang gengsi bekerja sebagai Petani. Mengingatkan diri saya sendiri saat masih gadis dan baru lulus Sarjana. Suatu hari Dosen Pembimbing bertanya tentang apa yang akan saya lakukan setelah jadi Sarjana Ekonomi, lalu dengan cepat saya jawab, "mau apply CV ke Perusahaan-Perusahaan besar di Ibukota Pak, cita-cita saya ingin keluar dari Garut dan kejar impian di Jakarta".
Inilah lahan Bapak di Garut yang harusnya saya kelola sejak dulu |
Agak "tertampar" sih waktu Dosen saya bilang, "harusnya kamu lanjutkan perjuangan Bapak kamu sebagai Petani dan Pedagang, Hani. Ditangan kamu usaha Bapak kamu akan semakin besar, tentunya dengan ilmu yang kamu miliki saat ini. Kamu terlalu gengsi, padahal justru Pekerjaan Bapak kamulah yang harusnya diapresiasi dan diturun-temurunkan".
Saya terdiam.. namun dalam hati tetap kukuh pendirian, "ingin merantau dan kerja kantoran".
Hal yang tidak saya sesali, namun memang tidak bisa dipungkiri kalau seringkali saya berpikir seandainya waktu bisa terulang, seandainya saya kembali ke masa itu, saya akan "aminkan" apa yang disampaikan oleh Dosen saya tersebut. Akan saya lanjutkan perjuangan Bapak dengan mengelola semua "kebon" dan sawahnya, juga kios-kios yang selama ini disewakan ke orang lain. Alih-alih saya meninggalkan Kota kelahiran dan tertatih-tatih di Jakarta, jauh dari Keluarga, dan beberapa kali mengalami kepahitan dalam hidup.
Seandainya gengsi saya tidak sebesar itu..
Tapiiiii, saya pun berpikir lagi jika tidak ada kata terlambat untuk mulai belajar kok, walau disini tidak punya lahan untuk berkebun, tapi bisa manfaatkan taman mungil depan rumah untuk memulai semuanya. Apalagi Suami punya background pendidikan sebagai Sarjana Pertanian, ah ayolah kita belajar!.
Karenanya saya excited saat mendengar sharing-nya Mas Iqbal yang merupakan Petani Milenial berbakat, yang juga merupakan Petani Milenial binaan PKT yang sudah sukses. Dari caranya bertutur, terlihat bahwa Mas Iqbal ini merupakan sosok cerdas dan tahu betul apa yang dilakukannya. Menurutnya, dalam hal bertani, kita harus memahami ilmunya, strateginya, dan yang terpenting jangan gengsi. Yang sering kita lewatkan juga adalah, kita tidak benar-benar memahami definisi dari kata Petani itu sendiri, mungkin itulah yang sebenarnya membuat kita gengsi.
Karena yang ada dibenak kita saat mendengar kata Petani, gak jauh-jauh dari Pekerjaan yang selalu bersinggungan dengan hal kotor, jijik, dan identik dengan "wong ndeso", sehingga menjadi Petani menjadi pekerjaan yang jauh dari kata keren dan modern.
Wohooo.. padahal itu salah Pemirsaaaaa..
Berkebun di Rumah, manfaatkan teras juga bisa, tanam bibit di pot |
Yang kita bayangkan itu lebih tepat disebut buruh tani (yang mana ini merupakan Pekerjaan mulia juga), yang memang mengerjakan banyak hal di lapangan. Sementara Petani-nya sendiri adalah orang yang bisa dibilang sebagai juragannya, pemilik dari lahan pertanian, dan sebagai pemilik dana. Saat ini, Para Petani kebanyakan sudah berusia lanjut, sementara sangat diperlukan Petani muda yang memiliki ilmu mumpuni seputar Pertanian. Karena hal itu juga lah Mas Iqbal semangat bertani selagi muda, salah satu misinya adalah ingin mematahkan stigma buruk mengenai Petani.
Di mata Mas Iqbal, Profesi Petani adalah sebuah pengabdian yang tidak hanya membutuhkan ketekunan, namun juga butuh regenerasi. Apalagi di era serba modern ini, sektor pertanian pun mempunyai peluang lebih besar untuk dapat digarap generasi milenial. Tentunya hal tersebut untuk dapat meraih pasar yang potensial dengan inovasi dan juga terobosan-terobosan baru. Singkatnya, kalau kita tahu ilmunya, Petani tidak akan menjadi Profesi yang berat.
Dengan mengerti ilmunya, memanfaatkan teknologi yang terus berkembang, mengetahui pasarnya, dan dari awal sudah mengantongi strategi, tidak heran jika Mas Iqbal dapat menjadi Petani Milenial yang sukses. Tahu gak sih, dalam satu tahun, Mas Iqbal ini dapat melakukan panen hingga empat kali dengan masa tanam selama 60 hari. Mas Iqbal juga saat ini mempunyai Kelompok Tani Milenial yang anggotanya sudah mencapai 100 orang. Keren!
Makin terbakar nih semangat saya untuk mulai tekun dan fokus bertani, sepakat dengan Mas Iqbal jika saat ini menjadi Petani justru menjadi pekerjaan idaman masa tua. Dan jika bisa kita mulai sejak kita muda, kenapa harus nunggu tua untuk bertani? duh, nancep di hati kata-katanya.
Belajar Berkebun dari Founder Kebun Kumara
Kak Soraya Cassandra sebagai Founder dari Kebun Kumara, tidak ketinggalan mengajak kita semua untuk tidak ragu menjadi Petani Milenial. Semuanya dapat dilakukan mulai dari rumah kita sendiri, memanfaatkan lahan yang ada atau bahkan teras untuk menanam kebutuhan sehari-hari. Salut sekali dengan Kak Sandra yang concern mengajak teman-teman Gen Z untuk membiasakan diri melakukan hal baik bagi diri sendiri dan terutama untuk Bumi kita.
Hal menarik yang saya tangkap dari pemaparan Kak Sandra, adalah saat menanggapi tanaman yang diserang hama. Menurutnya, jika tanaman kita dimakanin hama, sebenarnya itu menjadi pertanda tanaman kita sehat dan produktif sehingga hama pun mau memakannya. Namun di sisi lain, jika sudah sangat mengganggu, Kak Sandra pun memberikan tips supaya kebun kita terhindar dari hewan-hewan liar yang mengganggu itu, contohnya seperti serangga. Kak Sandra memberikan saran untuk menanam tumbuhan pengalih, seperti Bunga Basil, kemangi, atau tanaman lain yang mempunyai aroma khas dan kuat lainnya. Dan untuk mengantisipasi hewan pengganggu yang lebih besar seperti tikus, kita bisa tutup semua akses masuknya mereka.
Wow.. nambah lagi ilmu baru nih. Oke noted!
Walaupun belum bisa menanam banyak seperti Kebun Kumara, saya cukup happy karena bisa berkebun di taman super mini rumah saya. Dimulai dari yang mudah dilakukan seperti re-grow, hidroponik sayuran (pakcoy, bayam, kangkung), water propagation tanaman hias, dan lainnya. Saya juga memanfaatkan teras untuk menyimpan pot-pot tanaman. Semuanya menyenangkan, apalagi jika sudah saatnya waktu panen sayuran, dan hasilnya bisa dinikmati sekeluarga, ada kepuasan tersendiri sih, nikmatnya beda.
Segini aja udah bahagia, apalagi kalau bisa berkebun di lahan yang lebih luas, dan hasil panennya selain buat dijual juga bisa dibagi-bagi, wah saya baru memahami nih akan berkah dari berkebun. Karena memang banyak sekali manfaatnya, dan mulia juga karena bisa ikut membantu memenuhi kebutuhan pokok banyak orang.
Baiklah, saya akan turut menyuarakan kepada semua, terutama Para Millenial untuk tidak dan jangan gengsi menjadi Petani. Dimulai dari diri saya dan Keluarga sendiri, saya akan menularkan kebiasaan dan pola pikir ini kepada Anak-anak saya, supaya mereka tidak memandang remeh Pekerjaan mulia seorang Petani, yang juga merupakan Pekerjaan "Bapak Aki-nya" di Garut. Menjadi Petani juga adalah Profesi keren yang bisa menjadi cita-cita siapapun dan dimanapun.
Share dong jika kalian punya pengalaman dalam tanam-menanam, seseru apa, dan nanam apa saja? thank youuuu. Bismillah untuk Hani dan Randi menjadi Petani sukses di masa depan, please Amin-kan pleaseeee.
Sebagai warga Indonesia tetap harus tahu tentang pertanian, nih, apalagi buat generasi muda penting banget untuk melestarikan eh meneruskan sektor pertanian.
ReplyDeleteSetuju Mbaaa, di tangan Millenial dan generasi lanjutannya, sektor Pertanian akan jauh lebih maju lagi ya, Amiiiin
DeleteDi taman depan rumahku cuma ada pohon mangga aja nih Han,
ReplyDeletePengen banget bisa punya tanaman supaya kebunku ijo-ijo seger gitu, tapi bener2 harus berkomitmen yaaah. Dulu pernah iseng2 nanam bunga, tapi ya gitu deh hahaha
Kagum banget nih sama berbagai program dan visi dari Demfarm yang ingin mengembangkan para petani millenial yaaah
Bener Bii, dulu aku juga malesnya karena itu, harus komit kalau udah nanam, sementara aku suka gak sabaran, dan bahkan lupa rawat jadinya mati terus, hiks. Sekarang juga masih belajar nih Bi, haha
DeleteEh baru tau kalau basil dan kemangi buat ngusir serangga. Termasuk tikus ga? Xixixi.. Soalnya kakek tetangga sebelah suka komplain tanamannya dimakanin tikus
ReplyDeleteKalau Tikus sebaiknya tambah tutup semua akses supaya gak pada masuk, emang tricky sih urusan tikus ini, kalau Bapakku di Kebonnya, malah suka biarin ular makan2in dulu tikusnya baru ularnya yang diurusin. Ngeri2 sedap gimana ya, huhuhu
DeleteAminnn semoga sukses menjadi petani...Sekarang jadi petani gak harus punya lahan yang luas ya..Banyak strategi yang bisa dipilih untuk jadi petani sukses.
ReplyDeleteBenar Mba, yang penting ada kemauan untuk cari ilmunya dulu ya, dan mau praktek segera. Amiiiiin makasih Mba do'anya
DeleteKayak ya sekarang ini banyak generasi muda yang sudah nggak anggap remeh dunia pertanian si ya mbak, dimana-mana mulai tumbuh para milenial yang mengembangkan dunia pertanian.
ReplyDeleteIya, bikin bangga ya Mba, semoga di tangan Petani Millenial, sektor Pertanian kita semakin maju, Amiiiin
DeleteMoga makin banyak anak muda nyadar ya kalo nasib pertanian indonesia bergantung sama mereka. Anak muda dgn inovasinya pasti bisa meningkatkan produk pertanian Indonesia
ReplyDeleteAmiiin, benar Mbaaa
DeleteYes, jadi petani masa kini bisa dengan cara canggih. Semoga makin banyak anak muda yang mau jadi petani ya. Bisa menerapkan berbagai inovasi dan kreasi.
ReplyDeleteBenar Mba, bisa memanfaatkan teknologi yang terus berkembang ya
DeleteKalau bicara pertanian di Indonesia kayaknya suka banyak cerita sedihnya. Padahal kita punya sumber daya alam. Ya semoga ajasemakin banyak milenial dan generasi di bawahnya yang mau jadi petani. Tentunya dengan menggunakan ilmu terbaru supaya pertanian di Indonesia semakin maju
ReplyDeleteAmiiiin, iya lhooo, banyak juga Petani yang taraf hidupnya masih kurang terjamin, karena mereka mau gak mau jual hasil panennya dengan harga yang kurang layak. Harusnya mereka bisa kaya di Tanah Air sendiri ya.
DeleteSeneng lho lihat para pemuda Indonesia tergerak untuk terjun ke dunia pertanian, harapannya sih semoga kelak Indonesia makin kuat ketahanan pangannya. Ketahanan pangan mulai dari berkebun di rumah, menyediakan sumber makanan sendiri akan sangat membantu mengurangi jejak karbon.
ReplyDeleteAmiiiiin..
DeleteAmiin amiin. Moga terwujud ya mba. Bisa meneruskan dan memakmurkan pertanian Indonesia seperti bapak yaa mba Hani. Petani milenial kudu ada penerus nih, anak2 muda kayak mas Iqbal..keren ya bisa ada tim nya juga. Salut ih 😍
ReplyDeleteAmiiin Ya Allah, iya Mba aku pun terinspirasi oleh Mas Iqbal
DeleteSaya juga nih karena pandemi mulai tertarik bercocok tanam... Tapi kalau tanaman hias mah seadanya aja, lebih seneng yang menghasilkan kaya sayuran, hehe...
ReplyDeleteJadi pengen kepoin demfarm...
Seru ya bisa tanam sayuran, saat panen apalagi, sampai kita bisa nikmati sendiri tuh rasanya bedaaa, haha
Deleteiya dong, yang muda yg bertani harusnya
ReplyDeleteklo dikembangkan dengan serius ya pasti bisa menghasilkan ya mbak
yuk yuk, bangkit para petani milenial
Yuuuuks, semoga makin berkibar ya Pertanian Indonesia
DeleteBerkebun itu hobi yang positif dan ternyata petani masa kini bisa memanfaatkannya dengan positif dibantu teknologi. Suamiku lagi jadi petani..alhamdulillah, meski sawahnya tidak luas seperti milik Ayahandan kak Hani, tapi sawah kami meninggi. Hehehe...pakai sistem sawah bertingkat. Jadi sistem panennya tumpang sari.
ReplyDeleteMasya Allah, semangat Mbaaa, seru banget sawah bertingkat. Punya Bapak juga gak luas-luas banget Mba, terlihat luas di foto aja, haha
DeleteSetuju banget sama mas Iqbal, petani juga butuh regenerasi. Tapi sayangnya di daerah2 banyak yang "gengsi" jadi petani :(.
ReplyDeleteInspiratif sekali ini mas Iqbal, menjadi petani milenial. Semoga bisa jadi inspirasi untuk anak anak muda
Keren ya Mas Iqbal, semoga bisa menginspirasi Mas Iqbal2 lainnya, Amiiiiin
DeleteJudulnya nampoooolll bangett mba!
ReplyDeleteAku salut ama Demfarm yg punya terobosan dan berbagai cara mengajak anak muda siap jadi petani milennial
keren bgt!
Haha iya Mba banyak yang masih gengsi emang ya, aku pun dulu gituuuu, hiks. Demfarm memang kece!
DeleteSebagai sarjana pertanian (eheeem), saya malu loh pas acara ini. Ya gimana, saya dan suami satu almamater, tapi kami sama2 tidak bertani. ya suami memang kerja di perusahaan yang berkaitan dengan pertanian sih, tapi kan bukan sebagai petaninya :D
ReplyDeleteSejauh ini, saya baru bertanam di halaman. Itu pun kadang terserang males mengurusnya :D
Masih mending Mba kerja di Perusahaan yang relate dengan Pertanian, Suamiku dan aku kerjanya jauh banget dari background Pendidikan kami, haha. Tapi untuk bisa bertani, gak ada kata terlambat deh ya.
DeleteBener, bahaya kalau ga ada petani , semua bahan pangan bisa import, padahal Indonesia punya lahan luas , biar bisa swasembada pangan
ReplyDeleteIndeed!
DeleteSalahsatu keinginan aku yang belum terwujud adalah, punya rumah dekat sawah, hehehe. dari dulu suka sama dunia kebun dan sawah, jd selama pandmei aku tuh berkebun bukan nanam bunga, alhamdulillah hasilnya bisa dimakan sampai sekarang
ReplyDeleteMasya Allah, nikmatnya Mbaaaa
Deletei feel you mbak, ingat banget susahnya jadi anak petani. Ayahku pensiun dini karena long distance marriage with my mom, then my mom nggak sanggup lagi so my father buy farm untuk sumber penghidupan kami. aku jadi sarjana karena ayahku bertani pisang, but... i dont want jadi petani..karena orang-orang menganggap remeh profesi ini, padahal sama berharganya dengan profesi ;lain
ReplyDeleteItu banget Mbaa, dulu aku underestimate juga, padahal aku bisa Kuliah pun berkat Orangtua yang kerja sebagai Petani dan Pedagang. Huhu
DeleteSetuju banget Han, kalo menjadi petani yang dibutuhkan regenerasi ya. Terutama mengerti bagaimana ilmunya, memanfaatkan teknologi yang terus berkembang, mengetahui pasarnya, dan dari awal sudah mengantongi strategi, makin yakin menjadi petani milenial
ReplyDeleteYess Teh leres pisaaan, harus punya dulu ilmu dan strateginya ya, lalu pelan-pelan lebarkan link untuk pemasarannya.
DeleteJadi petani milenial itu kalau jeli, berduit loh, maklum, mereka lah penunjang ketahanan pangan, semua orang butuh. Pun sekarang pemasaran udah mudah banget, ada e-commerce dan dunia digital
ReplyDeleteMalah jadi peluang yang menggiurkan ya Mbaaaa
DeleteKetika Mas Iqbal berkata kuncinya adalah ilmu, saya kaget dan wow! Masih muda lho, sudah tahu rahasia menaklukkan dunia.
ReplyDeleteIlmu...
Keren! Pantas kalau dibina sampai bisa membina.
Keren yang sesungguhnya yaaaa, mantaaap
DeleteDi masa kayak sekarang, bertani udah ikutan canggih kayak bidang lain. Udah pake teknologi tinggi dan juga internet. Jadinya milenial juga banyak ya sekarang yang ikut terjun dalam bidang bertani. Gak kalah keren. Malah banyak ya yang penghasilannya wow petani milenial ini.
ReplyDeleteIya Mbaaa, Petani-petani Millenial ini sangat kreatif juga, banyak juga yang lahannya dibuka dan dijadikan ajang wisata, Pengunjung bisa merasakan sensasi memetik sendiri hasil panennya, plus foto-foto di perkebunan, so interesting!
DeleteAnak petani nih, kayaaa... Belum pernah sampai sejauh ini, kalau pulang kampung cuma numpang tidur aja karena suasana yang mendukung buat selimutan doang haha. Semoga kedepanny bisa menjadi petani sukses ^^
ReplyDeleteHaha Amiiiin, eh tapi iya lho kalau mudik bawaannya mau tidur terus, mungkin karena sejuk ya, haha
DeleteBapak ibuku petani, mertua juga petani, tetapi anaknya belum ada yang menyeriusi jadi petani. wkwkwk Sedih ya. Aku berharap bareng Demfarm petani bisa menemukan target market yang pas jd enggak dimainin harganya.
ReplyDeleteAmiiiiin, semoga harganya memang sesuai dan bisa menaikkan taraf ekonomi Para Petani Indonesia ya
Delete